Minggu, 23 Oktober 2016

Materi Kls. XII Perkembangan Islam di Indonesia



BAB V
Perkembangan Islam di Indonesia


  1. Masuknya Islam di Indonesia
  2. Perkembangan Islam di Indonesia
  3. Peranan Umat Islam di Indonesia

Islam masuk Indonesia pada sekitar abad ke-7 atau ke-8 dan dibawa oleh para pedagang dari arab dan Gujarat, penyebaranya ke seluruh Nusantara menggunakan jalan damai, yaitu perdagangan dan perkawinan.
Daerah-daerah yang pertama menerima agama Islam adalah daerah pesisir. Hal ini disebabkan masyarakat di daerah ini adalah paling banyak berinteraksi dengan masyarakat luar negeri dalam bidang perdagangan.




Kompetensi Dasar
Siswa mampu menganalisis perkembangan Islam di Indonesia dan mengambil manfaatnya untuk kepentingan hidup sehari-hari.


Standar Kompetensi
Siswa mampu mendeskripsikan perkembangan tarikh islam dan hikmahnya untuk kepentingan hidup sehari-hari


Indikator
Setelah proses pembelajaran siswa mampu.
1.      mengidentifikasi peranan umat Islam dalam kehidupan bangsa Indonesia
2.      menguraikan manfat yang dapat diambil dari sejarah perkembangan Islam di Indonesia.

TADARUS
  1. Surat Al-An’am Ayat 85 – 88
  2. Surat Maryam Ayat 1 – 15



MUKADIMAH
Sebelum masuknya Islam, bangsa Indonesia menganut berbagai kepercayaan yang telah mendarah daging, seperti, animisme, dinamisme, Hindu, dan Budha,. Pengaruh kepercayaan itu sangat kuat dan berakar dalam masyarakat Indonesia. Akan tetapi, berkat kegigihan dan ketabahan para penyiar Islam di dalam berdakwah, akhirnya ajaran Islam dapat diterima. Ajaran Islam dapat mengubah warna bangsa Indonesia menjadi masyarakat yang islami.
Saat ini bangsa Indonesia menempati peringkat pertama Negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Setiap tahunnya, sekitar 200.000 lebih muslimin dan muslimat Indonesia memenuhi Masjidil Haram di kota Mekah untuk menunaikan ibadah haji. Jumlah umat Islam yang mayoritas di negeri ini menjadi penentu bagi maju mundurnya bangsa Indonesia. Apabila umat Islam maju, bangsa ini akan maju. Akan tetapi, apabila umat Islam terbelakang, miskin, dan bodoh, bangsa ini akan terbelakang, miskin, dan bodoh pula.
Peranan umat islam terhadap kelangsungan hidup bangsa Indonesia sangat besar dan menentukan. Hal ini dapat kita lihat, betapa gigihnya perjuangan umat Islam dalam menyusir penjajah merebut kemerdekaan. Umat Islam juga sangat gigih dalam perjuangan mempertahankan dan mengisi kemerdekaan. Berikut ini akan kita bahas peranan umat islam di Indonesia dari masa ke masa.
Pembahasan dalam bab ini terbagi menjadi tiga subbab, yaitu masuknya Islam di Indonesia, perkembangan Islam di Indonesia, dan peranan umat Islam dalam masa pembangunan.


A.    Masuknya Islam di Indonesia
Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 atau ke-8 M yang bertepatan dengan abad ke-1 atau ke-2 H. rute atau jalur yang dilewat I adalah jalur utara dan selatan.

Daerah yang mula-mula menerima agama Islam adalah pantai barat Pulau Sumatra. Dari tempat itu, Islam kemudian menyebar ke seluruh Indonesia. Beberapa tempat penyebarannya adalah
  1. Pariaman di Sumatra Barat
  2. Gresik dan Tuban diJawa Timur
  3. Demak di Jawa tengah;
  4. Banten di Jawa Barat
  5. Palembang di Sumatra Selatan
  6. Banjar di Kalimatan Selatan;
  7. Makasar di Sulawesi Selatan;
  8. Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo di Maluku;
  9. Sorong di Irian Jaya.
Penyebaran Islam di Indonesia yang berjalan secara damai tanpa menimbulkan kekerasan merupakan cerminan hakikat ajaran Islam yang menjadi rahmatan lil-alamin. Hal ini sesuai dengan friman Allah swt. Dalam Surat Al-Baqarah Ayat 156 berikut ini
Artinya :
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama Islam. Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat …. (Q.S. Al-Baqarah:156)
Adapun penyebaran Islam yang berjalan damai terseburt menggunakan dua cara berikut
  1. Perdagangan
Pada awalnya, saudagar Arab yang beragama Islam dating ke Indonesia untuk berdagang. Dalamproses perdagangan tersebut, mereka berinteraksi dengan pedagang-pedagang serta masyarakat Indonesia. Dari interaksi tersebut, lambat laun masyarakat Indonesia mengerti, memahami, dan akhirnya banyak yang memeluk agama iIslam yang mereka bawa

  1. Pernikahan
Dalam perkembangan selanjtunya, para saudagar Arab itu banyak yang bermukim di Indonesia. Dari interaksi yang semakin dekat tersebut, banyak saudagar Arab menikah dengan penduduk setempat. Pernikahan itu membentuk keluarga-keluarga baru yang beragama Islam.

B.     Perkembangan Islam di Indonesia
Perkembangan Islam di Indonesia berlangsung di beberapa tempat, yaitu Sumatra, Jawa, Kalimantan, Maluku, Irian Jaya, dan Nusa Tenggara. Pembahasan berikut ini akan menguraikan perkembangan Islam pada masing-masing wilayah tersebut.
  1. Perkembangan Islam di Sumatra
Pada pertengahan abad ke-13, di Sumatra telah berdiri kerajaan Islam Samudra Pasai yang merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia. Kerajaan ini terletak di pesisir timur laut Aceh yang sekarang merupakan wilayah Kabupaten Lhokseumawe.
Kemunculan Samudra Pasai merupakan hasil islamisasi daerah-daerah pantai yang dilakukan oleh pedagang-pedagang muslim pada abad ke-7. samudra Pasai adalah sebuah kerajaan maritime. Kehidupan perekonomiannya tidak berbasis pada sector pertanian, tetapi pada sector perdagangan dan pelayaran. Kerajaan ini sudah menggunakan mata uang dirham sebagai alat pembayaran. Samudra Pasai telah mengadakan hubungan dengan Sultan Delhi di India pada tahun 746 H/1345 M. atas perintah Sultan Delhi, Ibnu Batutah, seorang pengembara dari Maroko singgah di Samudara Pasai setelah mengunjungi Cina.
Ibnu batutah menceritakan bahwa Islam sudah hampir satu abad disiarkan di sana. Ia juga meriwayatkan tentang kesalehan, kerendahan hati, dan semangat keagamaan rajanya. Kerajan Samudra Pasai merupakan pusat studi agama Islam.
Dan menjadi tempat berkumpulnya para ulama dari berbagai negeri Islam. Mereka berdiskusi tentang masalah-masalah keagaan dan ilmu pengetahuan.
Pada tahun 1521, kerajaan tersebut ditaklukkan oleh Portugis yang mendudukinya selama tiga tahun. Adapun raja-raja yang memerinatah kerajaan Samudra Pasai adalah sebagai berikut
  1. Sultan al-Malikus Slahe
  2. Sultan Muhammad Malik Zahir (I)
  3. Sultan Muhammad Malik Zahir (II)
  4. Sultan Mansyur Malik Zahir
  5. Sultan Ahmad MalikZahir
  6. Sultan Zainal Abidin Malik Zahir
  7. Sultan Nasyrasiyah
  8. Sultan Abu Zaid malik Zahir
  9. Sultan Mahmud Malik Zahir
  10. Sultan Zainal Abidin
  11. Sultan Abdullah Malik Zahir
  12. Sultan Zainal Abidin

Pada tahun 1514, di ujung utara Pulau Sumatra berdiri Kesultanan Islam Aceh. Pendirinya adalah Sultan Ali Mugayat Syah. Kesultanan Aceh ini juga mengalami kemakmuran dan kejayaan pada masa Sultan Iskandar Muda. Pada saat itu, Kesultanan Aceh mengalami kamajuan di bidang ekonomi dan pemerintahan. Kesultanan Aceh juga menjalin hubungan dengan Kerajaan Turki Usmani (Ottoman). Pada masa itu, telah disusun undang-undang yang disebut adat mahkota alam yang berlaku hingga beberapa generasi berikutnya. Undang-undang itu juga menjadi acuan dalam sistem perundang-undangan di beberapa Negara tetangga.
Pada masa Sultan Iskandar Muda, hukum Islam dilaksanakan dengan tegas. Contohnya adalah putra sultan sendiri, Meurah Pupok, dihukum rajam karena berzina dengan istri seorang  perwira. Ketika dicegah oleh penasihatnya, Sultan Iskandar Muda berkata, “Mati anak ada makamnya, mati hukum ke mana lagi akan dicari keadilan”.
Setalah Sultan Iskandar Muda wafat, ia digantikan oleh manantunya Sultan Iskandar Sani. Pada masa Sultan Iskandar Sani, seorang ulama berasal dari Gujarat, yaitu Syekh Nurrudin ar-Rabiri menulis kitab as-Sirat al-Mustaqim dan kitab Bustan as-Salatin.
Setelah Sultan Iskandar Sani wafat, Kesultanan Aceh secara berturut-turut diperintah oleh empat Sultanah (sultan wanita), yaitu Sultanah (Ratu) Syafiatuddin Tajul Alam, Sultanah Sri Ratu Naqiyatuddin Nurul Alam, Sultan Inayat Syah, dan Sultanah Kamalat Syah. Pemerintahan sultanah tidak diteruskan karena adanya fatwa dari Mekah tentang syariat yang melarang wanita untuk memerintah Negara pada tahun 1699.
Pada tahun 1874, Belanda menyatakan Aceh dan daerah taklukannya menjadi milik Belanda. Sekalipun Kesultanan Aceh telah dikuasai oleh Belanda, Aceh masih memiliki seorang sultan, yaitu Muhammad Daud Syah. Beliau dinobatkan sebagai sultan di Majid Indrapuri pada tahun 1878. beliau ditangkap Belanda pada tahun 1903, dibuang ke Ambon pada tahun 1907, dan wafat pada tahun 1939

  1. Perkembangan Islam di Jawa.
Perkembangan Islam di jawa tidak bias dipisahkan dari peranan para wali. Jumlah wali yang terkenal sampai sekrang adalah sembilan, yang dalam bahasa jawa dikenal dengan sebutan Wali Songo. Para wali yang termasuk dalam Wali Songo adalah sebagai berikut
a.       Maulana Malik Ibrahim
Maulana Malik Ibrahim juga dikenal dengan panggilan Maulana Magribi atau Syeh Magribi karena berasal dari wilayah Magribi, Afrika Utara. Ada juga yang menyebutnya Syekh Jumadil Kubra, nama yang berkaitan dengan nama ayahnya, yaitu maulana Muhammad Kubra. Kedatangan Maulana malik Ibrahim di Jawa tercatat sebagai orang Islam pertama yang masuk ke Jawa. Oleh karena itu, kedatanganya dianggap sebagai permulaan masuknya Islam di Jawa. Maulana Malik Ibrahim menerapkan metode dakwah yang tepat untuk menarik simpati masyarakat terhadap Islam. Beliau meninggal pada tangga 12 Rabiul awal 882 H atau 8 April 1419 M dan dimakamkan di pekuburan Gapura Wetan Gresik.

b.      Sunan Ampel
Sunan Ampel lahir di Campa Aceh pada tahun 1401, dengan nama asli Raden Rahmad. Ia adalah putra Maulana Malik Ibrahim dengan istrinya yang bernama Candrawulan. Sunan Ampel adalah penerus cita-cita serta perjuangan Maulana Malik Ibrahim. Aktivitasnya dimulai dengan mendirikan pesantern Ampel Denta sehingga ia juga dikenal sebagai Pembina pondok pesantren di Jawa Timur. Di pesantren inilah, Sunan Ampel mendidik para pemuda Islam untuk menjadi dai. Di antara mereka adalah Raden Paku, Raden Fatah, Raden Makdum Ibrahim, Syarifuddin, dan Maulana Ishak. Sunan Ampel juga merupakan perancang Kerajaan Islam Demak dengan ibukota Bintoro. Sunan Ampel adalah orang yang mengangkat Raden Fatah sebagai sulran pertama Demak yang mempunyai jasa paling besar dalam meletakkan peran politik umat Islam di Nusantara.
Pada awal penyiaran Islam di Pulau Jawa, Sunan Ampel menginginkan masyarakat menganut keyakinan Islam yang murni. Ia tidak setuju dengan kebiasan masyarakat Jawa, seperti kenduri, selamatan, sesaji. Namun, wali-wali lainya berpendapat bahwa untuk sementara waktu semua kegiatan itu harus dibiarkan karena masyarakat masih sulit meninggalkanya. Akhirnya, Sunan Ampel memahaminya. Hal itu terlihat dari persetujuanya ketika Sunan Kalijaga, dalam usahanya menarik umat Hindu dan Budha. Mengusulkan agar adat istiadat Jawa itulah yang diberi warna Islam. Sunan Ampel setuju ealaupun ia tetap menghawatirkan adat dan upacara-upacara tersebut kelak menjadi bidah. Sunan Ampel wafat di Surabaya pada tahun 1481 dan dimakamkan di Ampel.

c.       Sunan Bonang
Sunan Bonang lahir di Surabaya pada tahun 1465. ia adlah putra Raden Rahmad dan merupakan saudara sepupu Sunan Kalijaga. Ia terkenal dengan nama Raden Maulana Makdum Ibrahim. Sunan Bdianggap sebagai pencipta gending pertama. Dalam menyebarkan agama Islam, ia selalu menyesuaikan diri dengan kebudayaan masyarakat Jawa yang sangat menggemari wayang serta musik gamelan. Sunan Bonang memusatkan kegiatan dakwahnya di Tuban. Dalam aktivitas dakwahnya, ia mengganti nama-nama dewa dengan nama malaikat-malaikat. Sunan Bonang memebrikan pendidikan Islam secara mendalam kepada Raden Fatah putra Raja Majapahit Prabu Brawijaya V, yang kemudian menjadi Sultan Demak pertama. Sunan boning wafat dan dimakamkan di Tuban pada tahun 1525.

d.      Sunan Giri
Sunan Giri lahir pada pertengahan abad ke-15 dengan nama asli raden Paku. Ia adalah putra Maulana Ishak dan dikenal dengan panggilan Raden Ainul Takin. Sunan Giri memulai aktivitas dakwahnya di daerah Giri dan sekitarnya dengan mendirikan pesantren yang santrinya kebanyakan berasal dari golongan masyarakat ekonomi lamah. Ia mengirim juru dakwah terdidik ke berbagai daerah di Luar Pulau Jawa, seperti Madura, Bawean, Kangean,mTernate, dan Tidore.
Sunan Giri terkenal sebagai pendidik yang berjiwa demikratis. Ia mendidk anak-anak melalui berbagai permainan yang berjiwa agama, seperti jelungan, gendi ferit, jor gula, cublak-cublak suweng, dan ilir-ilir. Sunan Giri wafat dan dimakamkan di Giri, Gresik pada tahun 1506.

e.       Sunan Drajat
Sunan Drajat lahir di Ampel Surabaya pada tahun 1407 dengan nama asli Raden Qasim atau Syarifuddin. Ia juga merupakan putra Sunan Ampel. Pada waktu para wali memutuskan untuk mengadakan pendekatan cultural pada masyarakat Jawa dalammenyiarkan agama Islam, Sunan Drajat juga tidak ketinggalan untuk menciptakan tembang Jawa yang sampai saat ini masih digemari masyarakat. Yaitu tembang Pangkur. Hal yang paling menonjuol dalam dakwah Sunan Drajat iialah perhatianya yang serius pada masalah-masalah social. Dakwahnya selaluberorientasi pada kegotongrorongan. Ia selalu menekanakan bahwa memberi pertolongan kepada masyarakat umum, menyantuni anak yatim dan fakir miskin menerima suatu amalan yang diperintahkan agama Islam. Sunan Drajat wafat di Sedayu Gresik pada pertengahan abad ke-16.

f.       Sunan Kalijaga
Sunan Kalijaga dilahirkan pada khir abad ke-14 dengan nama Raden Mas Syahid. Ayahnya bernama Raden Sahur Tumenggung Wilwatika yang konon menjadi bupati Tuban, sedangkan ibunya bernama Nawang Rum. Konon nama Kalijaga berasal dari rangkaian bahasa Arab qadi zaka yang beratrti memebrsihkan dan bermakna pemimpin yang menegakkan kebersihan dan kesucian. Kata qadi zaka tersebut menurut lidah dan ejaan Jawa berubah menjadi Kalijaga. Karena sistem dakwahnya yang intelek dan actual, para bangsawan dan cendekiawan banyak yang bersimpati kepadanya.
 Ketika para wali memutuskan untuk menggunakan pendekatan cultural termasuk pemanfaatan wayang dan gamelan sebagai media dakwah, orang yang paling berjasa dalam hal ini adalah Sunan Kalijaga. Sunan Kali jaga sangat berjasa dalam perkembangan wayang purwa atau wayang kulit yang bercorak islam seperti saat ini. Sunan kalijaga mengarang cerita wayang yang bernapaskan Islam terutama mengenai etika. Sunan Kalijaga juga berjasa dalam pengembangan seni suara, seni ukir, seni busana, seni pahat, dan kesusastraan.

g.      Sunan Kudus
Nama asli Sunan Kudus adalah Jakfar Sadiq. Menurut silsilahnya, Sunan Kudus mempunyai hubungan keturunan dengan Nabi Muhammad saw. Sunan Kudus menyiarkan agama Islam di daerah Kudus dan sekitarnya. Ia mempunyai keahlian khusus dalam ilmu fikih, usul fikih, tauhid, hadis, tafsir, saerta logika. Oleh karena itu, di antara Wali songo yang lain, ia mendapat julukan waliyyul-‘ilmi atau orang yang kuat ilmunya. Sunan Kudus juga melaksanakan dakwah dengan pendekatan cultural. Beliau menciptakan berbagai cerita agama termasuk gending yang terkenal yaitu gending Maskumambang dan Mijil

h.      Sunan Muria
Sunan Muria adalah putra Sunan Kalijaga. Nama aslinya adalah raden Umar Sa’id sedangkan nama kecilnya adalah Raden Prawoto. Sunan Muria memusatkan kegiatan dakwahnya di Gunung Muira yang terletak 18 Km sebelah utara kota Kudus. Cirri khas Sunan Muria dalam upaya menyiarkan agama Islam adalah menjadikan desa-desa terpencil sebagai pusat dakwahnya. Ia lebih suka menyendiri dan bertempat tinggal di desa dan bergaul dengan rakyat biasa. Cara yang ditempuhnya dalam menyiarkan agama Islam adalah dengan mengadakan kursus-kursus bagi kaum pedagang para nelayan, dan rakyat biasa.

i.        Sunan Gunung Jati
Sunan gunung Jati lahir di Mekah pada tahun 1448. ia adalah cucu raja Pajajaran, Prabu Siliwangi. Ia mengembangkan ajaran Islam di CIrebon, Majalengka, Kuningan, Kawali, Sunda Kelapa, dan banten sebagai dasar bagi pengambangan Islam di Banten. Sunan Gunung Jati wafat di Gunung Jati, Cirebon Jawa Barat.
Disamping Wali songo, penyebaran Islam di Jwa tidak lepas dari peranan kerajaan-kerajaan Islam. Kerajaan-kerajaan Islam di Jawa sudah ada sejak abad ke-16. beberapa kerajaan itu dalah Kerajaan Demak, Kesultanan Pajang, Kerajaan Mataram, Kerajaan Cirebon, dan Kerajaan Banten.

a.       Kerajaan Demak
Kerajaan demak pertama di Jawa ini berdiri pada tahun 1500. kerajaan Demak didirikan oleh Raden Fatah, putra PrabuBrawijaya V, yang menjabat adipati di Bintoro, Demak. Raden Fatah yang telah masuk Islam, secara terang-terangan memutuskan ikatan dengan Majapahit. Kerajaan Demak berturut-turut diperintah oleh tiga orang rajam, yaitu Raden Fatah, Pati Unus (Pangeran Sabrang Lor), dan Sultan Trenggono. Di antara ketiga raja tersebut, Sultan Trenggono merupakan sultan yang berhasil membawa Kerajaan Dmak ke masa kejayaan. Pada waktu itu, wilayah Kerajaan Demak meliputi seluruh Pulau Jawa. Kerajaan ini berkahir pada tahun 1550

b.      Kesultanan  Pajang
Kesultanan pajang merupakan pelanjut Kesultanan Dmak. Usia kesultanan ini tidak panjang. Kekuasaan dan kebesaranya diambil alih oleh Kerajaan Mataram. Sultan yang pertama adalah Jaka Tingkir atau Raden Mas Karebet. Setelah menjadi raja yang paling berpengaurh di Jawa, ia bergelar Sultan Adi wijaya. Selama pemerintahan Sultan Adiwijaya, kesusastraan dan kesenian keratin yang sudah maju di Demak dan di Jepara lambat laun dikenal di pedalaman Jawa. Pengaruh Islam yang kuat dipesisir menjalar dan tersebar ke daerah pedalaman. Sultan Adiwijaya meninggal pada tahun 1587  dan digantikan oleh menantunya Aryo Pangiri. Riwayat Kesultanan Pajang berakhir pada tahun 1628.

c.       Kerajaan Mataram
Kerajaan Islam di Jawa Tengah ini berdiri pada tahun 1582. riwayatnya menjadi episode penting dalam perjalanan sejarah kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara. Kerajaan Mataram memainakn peranan penting sejak abad ke-16 sampai datangnya bangsa Barat di Indonesia. Raja pertamanya adalah Panembahan Senopati. Ia melakukan ekspansi ke berbagai daerah sebagai usaha mewujudkan cita-cita dan gagasanya bahwa kerajaan Mataram harus menjadi pusat kebudayaan dan agama Islam untuk melanjutkan Kesultanan Demak. Pada saat itu, terjadi suatu rumusan sejarah sebagai berikut


Manusia itu selalu mengikuti agama yang dianut oleh penguasanya

Dengan kata lain, para penduduk di daerah yang ditaklukkan Kerajaan Mataram akan menganut gama Islam. Hal ini merupakan jasa Kerajaan Mataram dalam pengambangan Islam di Jawa. Disamping itu, usaha yang dilakukan pada masa itu adalah pendirian rumah ibadah, penerjemahan naskah arab, penerjemahan Al-Qur'an ke dalam bahasa Jawa, dan pendirian pesanteren-pesantren.,pada tahun 1755, Kerajaan mataram di pecah menjadi dua, yaitu Kerajaan Mataram Surakarta dan Kerajaan Mataram Yogyakarta. Raja-raja yang memerintah Kerajaan Mataram adalah sebagai berikut
    1. Panembahan Senopati (1582 – 1601)
    2. Panembahan Krapyak ( 1601 – 1613)
    3. Sultan Agung (1613 – 1645)
    4. Amangkurat I/ Sunan Tegal Wangi (1645 – 1677)
    5. Amangkurat II /Adipati Anom (1677 – 1703)
    6. Amangkurat III / Sunan Mas (1703 – 1708)
    7. Paku Buwono I/Sunan Puger (1708 – 1719)
    8. Amangkurat IV ( 1719 – 1727)
    9. Paku Buwono II (1727 – 1749)

Raja-raja yang memerintah Kerajaan mataram Surakarta adalah sebagai berikut
1.      Paku Buwono III (1749 – 1788)
2.      Paku Buwono VI (1788 – 1820)
3.      Paku Buwono V (1820 – 1823)
4.      Paku Buwono VI (1823 – 1830)
5.      Paku Buwono VII (1830 – 1858)
6.      Paku Buwono VIII (1858 – 1861)
7.      Paku Buwono IX (1861 – 1893)
8.      Paku Buwono X (1893 – 1939)
9.      Paku Buwono XI (1939 – 1944)
10.  Paku Buwono XII (1944 – ?)

Raja-raja Yang memerintah Kerajaan Mataram Yogyakarta adalah sebagai berikut
1.      Hamengku Buwono  I( 1755 – 1792)
2.      Hamengku Buwono II ( 1792 – 1810)  
3.      Hamengku Buwono III ( 1810 – 1811) (1812 – 1814)
4.      Hamengku Buwono VI ( 1814 – 1822)
5.      Hamengku Buwono V ( 1822 – 1826) (1828 – 1855)
6.      Hamengku Buwono VI ( 1855 – 1877)
7.      Hamengku Buwono VII ( 1877 – 1921)
8.      Hamengku Buwono VIII ( 1921 – 1940)
9.      Hamengku Buwono IX ( 1940 – 1994)
10.  Hamengku Buwono X ( 1994 – ?)

d.      Kerajaan Cirebon
Kerajaan Corebon merupakan kerajaan Islam pertama di Jawa Barat. Pendiri kerajaan ini adalah Pangeran Walang Sungsang. Namun, orang yang mengubah statusnya menjadi kesultanan adalah Syarif Hidayatullah atau Sunan gunung Jati
Peranan histories keagamaan di Cirebon yang dijalankan Sunan Gunung Jati tidak pernah hilang dari kenangan masyarakat. Pendidikan keagamaan di Cirebon terus berkembang. Pada abad ke-17 dan abad ke-18, di Kesultanan Cirebon berkembang kegiatan-kegiatan sastra yang sangat memikat perhatian. Kesultanan ini masih tetap dipertahankan hingga sekarang. Meskipun tidak mempunyai kekuasaan administrative, tetapi mereka tetap meneruskan tradisi Kesultanan Cirebon.

e.       Kesultanan Banten
Pada masa jayanya, Kesultanan Banten meliputi daerah yang sekarang dikenal dengan daerah Serang. Pandeglang, Lebak., dan Tangerang. Sejak awal abad ke-16 sampai abad ke-19, Banten mempunyai arti peranan penting dalam penyebaran dan pengembangan Islam di Nusantara, khususnya di Jawa Barat, Jakarta, Lampung, dan Sumatra Selatan.
Sultan pertama banten adalah Maulana Hasanudin. Ia telah memberikan andil terbesarnya dengan meletakkan fondasi Islam di Nusantara. Hal ini dibuktikan dengan kehadiran bangunan peribadatan berupa masjid dan sarana pendidikan Islam lainnya, seperti pesantren. Ia juga mengirimkan mubalig ke berbagai daerah yang dikuasainya.
Kerajaan Banten kemudian dilanjutkan oleh sultan-sultan berikutnya. Akan tetapi, pada masa Sultan Ageng Tirtayasa, Banten menmga;ami kehancuran akibat ulah anaknya sendiri, yaitu Sultan Haji. Pada kahirnya Kesultanan Banten dikuasai oleh Belanda.

  1. Perkembangan Islam di Sulawesi
Masuknya Islam di Sulawesi tidak terlepas dari peranan Sunan Giri di Gresik. Hal itu karena Sunan Giri menyelenggarakan pesantren yang banyak didatangi oleh santri dari luar jawa, seperti Ternate dan Hitu. Di samping itu, beliau mengirimkan murid-muridnya ke Madura, Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara.
Pada abad ke-16, di Sulawesi Selatan telah berdiri Kerajaan Hindu Gowa dan Tallo. Penduduknya banyak memeluk agama Islam karena hubungannya dengan Kesultanan Ternate. Pada tahun 1538, pada masa pemerintahan Sombu Opu, Kerajaan Gowa dan Tallo dikunjungi pedagang Portugis. Selain untuk berdagang, mereka juga bermaksud megembangkan agama Katolik. Akan tetapi, Islam telah lebih dahulu berkembang di daerah itu. Adapun masuknya Islam ke Sulawesi melalui dua cara berikut ini.
  1. Cara Tidak Resmi
Cara tidak resmi ini terjadi pada saat penduduk setempat berdagang keluar dan berhubungan dengan pedagang-pedagang muslim di luar Sulawesi. Mereka mengenal dan memeluk Islam karena adanya interaksi tersebut.
  1. Cara Resmi
Penerinaan Islam secara resmi dilakukan oleh Raja Gowa dan Tallo yang pertama, yaitu Sultan Alaudin yang telah masuk Islam. Penerimaan itu terjadi pada tahun 1605. hal ini ditandai dengan kedatangan tiga orang datuk yang berasal dari Kota Tengah Minangkabau.
Setelah itu, terjadi konversi ke dalam Islam secara besar-besaran yang ditandai dengan keluarnya dekret oleh Sultan Alaudin pada tahun 1607. dekret tersebut menyatakan bahwa Kerajaan Gowa dan Tallo menjadikan Islam sebagai agama kerajaan dan seluruh rakyat harus menerima Islam sebagai agamanya. Raja-raja Gowa dan Tallo yang memeluk Islam adalah sebagai berikut
  1. Sultan Alaudin (1593 – 1639)
  2. Sultan Malikussaid (1639 – 1653)
  3. Sultan Sultan Hasanudin (1653 – 1669)
  4. Sultan Sultan Amir Hamzah (1669 – 1674)
  5. Sultan Karaeng Bisai (1674 – 1677)
  6. Sultan Abdul Jalil ( 1677 – 1709)
  7. Sultan Ismail ( 1709 – 1711)
  8. Sultan Sirajudin (1711 – 1713)
  9. Sultan Najmudin (1713)
  10. Sultan Abdul Chair (1713 – 1735)
  11. Sultan Abdul kudus 1742 – 1753)


  1. Perkembangan Islam di Kalimantan
Pada abad ke-16, Islam mulai memasuki Kerajaan Sukadana. Pada tahun 1590, Kerajaan Sukadana resmi menjadi kerajaan Islam. Sultan pertamanya adalah Sultan Giri Kusuma. Ia digantikan oleh putranya Sultan Muhammad Syaifudin. Beliau banyak berjasa dalam pengembangan Islam di Kalimantan.
Di bagian selatan Pulau Kalimantan, berdiri Kerajan Islam banjar sekitar tahun 1526. kerajaan Islam Banjar merupakan kelanjutan dari Kerajaan Daha yang beragama Hindu, rajanya pertama adalah Raden Samudra yang memeluk Islam karena hubunganya dengan Sultan Trenggono di Demak. Sejak masuk Islam, ia menggantikan namanya mejadi Pangeran Suryanullah atau Pangeran Suriansyah. Pangeran Suriansyah merupakan tokoh uang amat penting dalam sejarah Islam di Kalimantan. Islam yang telah dianut oleh tokoh dan pembesar-pembesar kesultanan itu berkembang terus di Kalimantan. Hal ini dimungkinkan karena mereka memberi perhatian dan dukungan yang kuat terhadap pengembangan Islam. Di antara usaha pengembangan itu adalah kebijakan Sultan Tahilullah yang memberangkatkan Muhammad Arsyad untuk beribadah Haji dan menuntut ilmu ke Mekkah dengan biaya Negara. Muhammad Arsyad menuntut ilmu di Mekah dan Madinah selama 30 tahun.
Setelah menuntut ilmu di Mekah dan Madinah, Muhammad Arsyad kembali ke Kalimantan pada masa Sultan Tamjidillah. Ia kemudian diangkat sebagai musytasyar (Mufti Besar Negara Kalimantan) dan diberi gelar Syekh Muhammad Arsyad al-banjari.
Dalam usahanya mengembangkan Islam, Syek Muhammad al-banjari mendirikan pondok pesantren untuk menampung santri yang dating dari berbagai pelosok Kalimantan. Ia juga menyusun organisasi mahkamah syariah dan menugaskan kadi-kadi pengadilan di seluruh Kalimantan.
Pada masa berikutnya muncul seorang pahlawan Kalimantan yang juga sangat berjasa dalam pengembangan Islam. Ia adalah Sultan Amirudin Khalifatul Mukmin yang lebih dikenal dengan nama Pangeran Antasari. Ia adalah seorang pejuang yang gigih menetang VOC. Kerajaan Islam Banjar berakhir pada tahun 1905 dengan raja terakhir Sultan Muhammad Seman.

  1. Pengembangan Islam di Maluku dan Irian Jaya
Penyebaran Islam di Maluku tidak lepas dari jasa para santri Sunan Drajat yang berasal dari Ternate dan Hitu. Islam sudah dikenal di Ternate sejak abad ke-15. pada saat itu, hubungan dagang dengan Indonesia Barat, khususnya dengan Jawa berjalan lancar. Selain berdagang, para pedagang juga melakukan dakwah.
Di maluku, ada empat kerajaan bersaudara yang berasal dari keturunan yang sama, yakni Ternate, Tidore, Bacan, Jailolo. Raja Ternate yang pertama memluk Islam adalah Sultan Mahrum. Selanjutnya, Raja Tidore juga masuk Islam dan mengganti nama menjadi Sultan Jamaludin. Demikian juga Raja Jailolo, ia masuk Islam dan mengganti nama menjadi Sultan Hasanudin. Raja Bacan juga menyusul masuk Islam pada tahun 1520 dan mengganti namanya dengan Sultan Zainal Abidin.
Peran kesultanan Ternate dalam penyebaran Islam baru dimulai pada masa Sultan Zainal Abidin. Sultan Zainal Abidin sangat besar jasanya dalam mendirikan tempat-tempat untuk mempelajari Islam. Ia juga berhjasil mengembangkan Islam ke Maluku dan Irian Jaya bahkan sampai Filiphina. Namun demikian, perkembangan Islam berjalan lambat dan mendapat tantang dari penduduk yang masih terikat dengan kepercayaan lama. Hal ini menyebabkan penyembahan terhadap patung-patung masih terus berjalan.

  1. Pengembangan Islam di Nusa Tenggara dan Sekitarnya
Di Nusa Tenggara Islam pertama kali diterima oleh suku Sasak antara tahun 1840 – 1850. Penyiaran Islam di daerah itu dilakukan oleh para mubalig dari Makassar. Di Pulau Bali, komunitas muslim terdapat di Singaraja, Buleleng, dan Siririt.
Di Pulau Flores, meskipun mayoritas penduduknya beragama Nasrani, berkat perjuangan para mubalig asal Makasar akhirnya banyak penduduk memeluk Islam.

C.     Peranan Umat Islam di Indonesia

Peranan umat Islam di Indonesia berlangsung pada masa penjajahan, perang kemerdekaan, dan pembangunan.
  1. Masa Penjajahan
Agama Islam menekankan hubungan yang baik, harmonis, dan saling menghormati antara seseorang dengan orang lain, antara satu suku dengan suku lainya, dan antara satu bangsa dengan bangsa yang lain. Islam tidak membenarkan adanya perlakuan zalim dari suatu golongan kepada golongan lainnya.
Keyakinan dan semangat tersebut membangkitkan semangat jihad di jalan Allah swt. Untuk mewujudkan kebenaran dan keadilan. Keyakinan dan semangat itu berhasil membebaskan bangsa Indonesia dari belenggu penindasan dann kesewenang-wenangan penjajah.
Pada masa itu, umat Islam menghadapi berbagai corak kekuatan Barat. Perlawanan terhadap kekuatan Barat tersbut berlangsung dalam empat fase berikut ini.
a.       Fase Persaingan Dagang
Contoh perlawanan yang terjadi dalam fase ini adalah sebagai berikut
1)      Kerajaan Islam Demak melawan Portugis di Malaka
2)      Sultan Khairuddin dan Sultan Baabullah melawan Portugis di Ternate
3)      Kerajaan Tidore melawan Spanyol
4)      Kesultanan Aceh melawan Portugis di Malaka
5)      Sultan Hasanuddin dari Kerajaan Gowa dan Tallo melawan VOC

b.      Fase Penetrasi dan Agresi
Contoh perlawanan yang terjadi dalam fase ini adalah sebagai berikut
1)      Sultan Agung dari Kerajaan Mataram menyerbu Batavia.
2)      Sultan Ageng Tirtayasa dari Banten melawan VOC

c.       Fase Perlusan Jajahan
Contoh perlawanan yang terjadi pada fase ini adalah sebagai berikut
1)      Perang Diponegoro
2)      Perang Paderi
3)      Perang Bbanjar

d.      Fase Penindasan
Contoh perlawanan yang terjadi pada fase ini adalah pemberontakan para petani yang dipimpin ulama di Cilegon yang dikenal dengan Geger Cilegon dan pembrontakan H. Mustofa.
  1. Masa Perang Kemerdekaan
Dalam masa perang kemerdekaan, peranan umat Islam dijalankan oleh komponen-komponen umat Islam secara keseluruhan, pondok pesantren, dan organisasi Islam.
  1. Pondok Pesantren
Kaum Penjajah makin lama makin kejam terhadap bangs Indonesia. Penindasan, kesewenang-wenagan, dan ketidakadialan maraja lela. Bangsa Indonesia tertindas, miskin, dan terbelenggu oleh kaum penjajah.
Keadaan semacam ini mambuat kaum muslimin dengan dilandasi semangat tauhid dan keyakinan terhadap ajaran agama bangkit. Mereka bersama-sama menetang perilaku ketidakadilan penjajah. Semangat itu terangkum dalam sebuah pepatah berikut ini
Artinya:
Cinta tanah air dan bangsa adalah sebagian dari iman.
Kaum muslimin di berbagai daerah berjuang melawan penjajah di bawah pimpinan tokoh-tokoh berikut ini;
1)      K.H. Ahmad Dahlan, K.H. Hasyim Asyari, dan H.O.S. Cokroaminoto di Jawa
2)      Teuku Umar, Teuku Cik Ditiro, Cut Nyak Dien, Cut Mutiah, Panglima Polim di Aceh;
3)      Imam Bonjol di Sumatra Barat;
4)      Sultan Mahmud Badarudin di Pelmbang;
5)      Raden Intan di Lampung;
6)      Pangeran Antasari di Kalimantan;
7)      Sultan Hasanuddin di Sulawesi.

  1. Peranan Pondok Pesantren
Para tokoh Islam menempatkan pendidikan sebagai perhatian utama. Pendidikan tersebut dipusatkan di pondok pesantren. Oleh karena itu, pondok pesantren merupakan salah satu benteng pertahanan umat Islam, pusat dakwah, dan pengembangan muslim di Indonesia
Belanda menyadari keberadaan dan perkembangan pondok pesantren. Oleh karena itu, mereka kemudian mengawasi kegiatannya. Jalinan atara para ulama, kiai, santri dan kaum muslimin sangat kuat. Mereka bersama-sama mengangkat senjata menghadapi penjajah dengan semangat jihad.

  1. Peranan Organisasi Islam
Umat silam menyadari bahwa perjuangan yang tidak dihimpun dalam suatu organisasi yang baik akan selau mengalami kesulitan dan kegagalan. Selain itu, putra-putri kaum muslimin juga banyak yang memperoleh pendidikan di luar negeri, seperti di Timur Tengah dan Eropa. Sekembalinya mereka dari belajar, timbul kesadaran bahwa perjuangan membutuhkan organisasi yang modern, professional, tetapi tetap berciri khas keagamaan. Ali bin Abi Talib mengatakan sebuah pepatah berikut ini
Artinya:
Kebenaran tanpa diatur/ diorganisasi akan dikalahkan oleh kebatilan yang diatur/diorganisir. (Ali bin Abi Talib)
Berikut ini adalah organiasi yang muncul untuk melakukan perlawanan terhadap penjajah.
1)      Syarikat Dagang Islam
Syarikat dagang Islam didiraikan di Laweyan, Solo pada tahun 1911 oleh haji Sman hudi. Organisasi ini berdiri setelah umat islam bersartu dalam menghadapi persaingan dagang. Pada tanggal 20september 1912, Syarekat dagang islam berubah menjadi Syarekat Islam atas prakarsa H.O.S. Cokroaminoto. Pada tahun 1912, Syarekat Islamtidak hanya berwujud sebagai gerakan keagaamaan, tetapi juga merupakan sebuah gerakan politik dengan ditandai pergantian nama menjadi Parai Syarikat Islam (PSI). selanjutnya, Parai Syarikat Islam menegaskan bahwa tujuannya adalah untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. Oleh karena itu, pada tahun 1929 Partai Syarekat Islam berubah menjadi Partai Syarikat Islam Indonesia.

2)      Muhammadiyah
Organisasi ini didirikan oelh K.H. Ahmad Dahlan pada tanggal 18 November 1918 di Yogyakarta. Muhammadiyah bukan partai politik, tetapi merupakan gerakan Islam yang menjiwai segala gerak dan tingkah laku seorang muslim yang menjelma dalam operbuatan nyata. Muhammadiyah bergerak di bidang social,ekonomi, dan budaya. Hal ini bertujuan untuk menandingi segala usaha penjajah Belanda

3)      Sumatra Thawalib
Merupakan perhimpunan ulama dan pelajar Islam di Sumatra barat yang dipelopori oleh Dr. H. A. Karim mrullah dan Dr. H. Abdullah Ahmad. Organisasi ini didirikan pada tahun 1915. pada tahun 1928, perkumpulan ini berubah menjadi partai politik bernama Persatuan Muslim Indonesia (Parmusi)

4)      Nahdatul Ulama
Organisasi ini didirikan oleh K.H. Hasyim Asy’ari pada tanggal 31 Januari 1926. berdirinya organisasiini dilator belakangi oleh keadaan umat Islam yang tertindas pada waktu itu. Penjajah Belanda berlaku sewenang-wenang dengan menutup sekolah-sekolah agama tanpa alasan yang jelas.

  1. Masa Pembangunan
Peranan umat Islam dalam bidang pembangunan dilaksanakan oleh pemerintah, organisasi Islam, lembaga pendidikan Islam, dan umat islam pada umumnya.
  1. Peranan Pemerintah dalam Pengembangan Islam
Peranan pemerintah dalam pengembangan islam terwujud dengan munculnya beberapa kebijakan mengenai pembinaan kehidupan keberagaaman.
1)      Kebijakan untuk membentuk Departemen Agama pada tanggal 3 Januari 1946. hal itu merupakan realisasi Pasal 29 UUD 1945 tentang kebebasan beragama. Berdasrakan Keppres Nomor 44 dan 45 Tahun 1974 dan menteri agama, sekretaris jendral, inspectoral jendral, dan direktorat jendral, yaitu.
Untuk memperlancara tugas di lapangan, dibentuk lima direktorat jendral, yaitu
(1)   Direktorat Jendral Bimas Islam dan Urusan haji;
(2)   Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam;
(3)   Direktorat Jendral Bimas (Kriste) Protestan;
(4)   Direktorat Jendral Bimas (Kristen) Katolik;
(5)   Direktoral Jendral Bimas Hindu dan Budha.
Sejak didirikannya hingga saat ini, Departemen Agama telah dipimpin oleh 19 menteri agama. Menteri Agama yang menjabat dari tahun 2001 hingg saat ini adalah Prof. Dr. H. Sa’id Agil Husin al-Munawar, MA.

2)      Kebijakan untuk mendirikan Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tanggal 6 Juli 1975. Kebijakan tersebut dilator belakangi oleh kuatnya pengaruh ulama dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, ulama harus memiliki wadah  yang bias mengakomodasi pendapat hukum mereka dalam mendukung pembangunan.
Dengan demikian , Majelis Ulama Indonesia mempunyai beberapa fungsi yang sangat strategis dan reevan dalam kehidupan beragama dab berbangsa. Beberapa fungsi tersebut adalah sebagai berikut:
a)        Memberikan fatwa dan nasihat mengenai masalah keagamaan dan kemasyarakatan kepada pemerntah dan umat Islam umumnya sebagai amar ma’ruf nahi munkar.
b)        Memperkuat ukhuwah islamiah dan memelihara kerukunan antarumat beragama dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan beragama;
c)         Mewakili umat islam dalam konsultasi antaumat beragama;
d)       menjadi penghubung antara ulama dan umara (pejabat pemerintah).
Oleh karena itu, MUI bersifat koordinatif, konsultatif, informatif, serta tidak berafiliasi pada golongan politik tertentu.
3)      Kebijakan untuk menyelenggaraan Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) secara nasional. MTQ pertama kali dilaksanakan di Makassar pada tahun 1962. untuk menyelenggarakan MTQ, dibentuklah LPTQ (lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an) yang memiliki tugas-tugas sebagai berkut :
a)        menyelenggarakan MTQ tingkat nasional dan daerah;
b)        menyelenggarakan pembinaantilawah (baca dan lagu), tahfiz (hafalan), khas (tulis indah), puitisasi, dan pameran Al-Qur’ana;
c)        meningkatkan pemahaman Al-Qur’an melalui penerjemahan, penafsiran, pengkajian, dan klasifikasi ayat-ayat;
d)       men9ingkatkan penghayatan dan pengamalan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.

4)      Kebijakan untuk menetapkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan
5)      Kebijakan untuk memberlakukan secara yuridis formal sebagaian hukum Islam, yaitu penyelenggaraan peradilan Islam di Indonesia dengan undang-undang pada tahun 1989.

  1. Peranan Organisasi Islam dalam Pembangunan
Dalam masa pembangunan ini, organisasi Islam mempunyai peranan yang sangat penting. Beberapa organisasi adalah sebagai berikut. Beberapa organisasi tersebut adalah sebagai berikut.
1)      Muhammadiyah
Muhammadiyah adalah organisasi Islam yang melakukan amar ma’ruf nahi mungkar dalam rangka meninglkatkan taraf hidup bangsa.
Dalam usaha mencapai tujuannya, Muhammadiyah membentuk beberapa organisasi otonom (ortom) yang gerak dan tujuannya sama dengan gerak dan tujuan Muhammadiyah. Beberapa organisasi tersebut adalah sebagai berikut.
a)        Aisyiyah
Aisyiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada bulan April 1917. organisasi ini bertujuan menumbuhkan kesadaran kaum wanita bahwa kedudukan mereka sejajar dengan pria dalam berbakti kepada Allah.
b)        Nasyiatul Aisyiyah
Organisasi ini didirikan pada tahun 1930 dan merupakan sarana pembinaan remaja putri islam.
c)        Pemuda Muhammadiyah
Pemuda Muhammadiyah didirikan pada tanggal 2 mei 1932 berdasarakan hasil muktamar ke-21 di Makasssar. Organisasi ini bertujuan untuk menggerakkan potensi pemuda Islam.
Disamping itu, Muhammdiyah memiliki 14 majelis yang memiliki tugas-tugas khusus. Di antara keempat belas majelis tersebut adalah majelis tarjih yang menangani hal-hal yang berhubungan dengan hukum Islam serta majelis tablig yang bertugas mengatur penyiaran dan dakwah bagi anggota Muhammadiyah dan masyarakat umum.
2)      Nahdatul Ulama
Tujuan didirikannya NU adalah memperjuangkan berlakunya ajaran Islam yang berhaluan ahlusunnah waljamaah dan menganut mazhab empat (hanafi, Maliki, Syafii, dan hambali) di dalam wadah Negara Kesatuan RI yang berasaskan Pancasila.
Untuk mencapai tujuan tersebut, NU membentuk perangkat organisasi yang berupa lajnah, lembaga, dan badan otonom. Contoh dari beberapa peangkat organisasi tersebut adalah sebagai berikut.
a)      Lajnah
(1)   lajnah Falakiyah (Lajnah Falak)
(2)   lajnah at-Ta’lif wan-Nasyr (Lajnah Penerbitan dan Publikasi)
(3)   Lajnah Kajian dan Pengembangan Suber Daya Manusia (LAKPESDAM)

b)      Lembaga
(1)   Lembaga Dakwah NU
(2)   Lembaga Pendidikan Ma’Arif
(3)   Lembaga sosial Mahabarrat
c)      Badan Otonom
(1)   Muslimat NU
(2)   Gerakan Pemuda Ansor
(3)   Fayatat NU

3)      Dewan Dakwah Islamiyah Indoneisa (DDII)
Organisasi ini didirikan pada tanggal 26 Februari 1967. organisasi ini bertujuan untuk mendorong, memperbaiki, dan mengembangkan dakwah Islam di Indonesia dengan dasar takwa dan keridaan Allah swt
Dalam menjalankan kegiatannya, organisasi ini menjalin hubungan dengan beberapa organisasi Islam Internasional, sepertti Rabitah al-Alam al-Islam yang berpusat di Mekah, Arab saudi.
4)      Ikatan Cendikiawan muslim Indonesia (ICMI)
Adalah sebuah organisasi yang menjadi wadah bagi para cendekiawaan muslim Indonesia yang mempunyai komitmen pada nilai-nilai keislaman tanpa melihat aliran, warna politik, dan kelompok mereka.
Organisasi ini didirikan pada tanggal 7 Desember di Malang, Jawa Timur dengan ketua umumnya Prof.Dr.Ing.BJ.Habibie (Presiden RI ke-5).
Berikut ini adalah beberapa nama organisasi Islam yang berdiri di Indonesia
No.
Nama Organisasi
Tahun Berdiri
1.
2.
3.
4.
5.
Syarikat Islam
Syarikat islam
Sumatra Thawalib
Nahdatul Ulama (NU)
Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI)
10 September 1912
18 September 1912
1915
31 Januari 1926
Desember 1990

  1. Peranan Lembaga Pendidikan Islam dalam Pembangunan
Umat islam Indonesia mempunyai peranan penting dalam bidang pendidikan dan kebudayaan. Sejak masuknya Islam ke negeri ini, telah berdiri lembaga-lembaga pendidikan yang berciri khas Islam. Berikut ini bentuk-bentuk lembaga pendidikan tersebut.
1)      Pondok Pesantren
Lembaga pendidikan ini meruapakn lembaga pendidikan Islam yang tertua dan berfungsi sebagai salah satu benteng pertahanan umat Islam. Di samping itu, pondok pesantren berfungsi sebagai pusat dakwah dan pusat pengembangan masyarakat muslim Indonesia.
Pondok pesantren pada umumnya memiliki beberapa elemn dasar yang merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dan berada dalam satu kompleks. Hal ini menjadi ciri umum bagi pondok pesantren. Elemen-elemen tersebut adalah sebagai berikut
a)      pondok, yaitu asrama tempat santri tinggal bersama dan belajar di bawah pimpinan kiai;
b)      pengajian kitab, yaitu model pengajian yang dilakukan dengan beberapa metode, seperti sorongan, wetonan, badangan, dan musyawarah atau diskusi;
c)      santri, yaitu siswa yang mencari ilmu di pondok pesantren.
d)     Di Indonesia terdapat beberapa pondok pesantren yang terkenal sejak zaman belanda. Beberapa pondok pesantren tersebut adalah sebagai berikut.
No
Nama Pondok Pesantren
Tempat
1.
2.
3.
4.
5.

Pesantren Tebu Ireng
Pesantren Liorboyo
Pesantren Modern Gontor
Pesantren Manba’ul Ulum
Pesantren Lasem
Jombang, Jawa Timur
Kediri, Jawa Timur
Ponorogo, Jawa Timur
Solo, Jawa Tengah
Rembang, Jawa Tengah

2)      Madrasah
Madrasah merupakan hasil pengembangan pengajaran Islam dari sistem tradisional yang diadakan di suaru, langgar, masjid, dan pesantren. Sistem pendidikan madrasah mulai berkembang setelah lahirnya organisasi-organisasi Islam yang bergerak di bidang pendidikan, seperti Muyhammadiyah, Al-Irsyad, Mathla’ul Anwar, dan Nahdatul Ulama. Setelah indonesia merdeka dan Departemen Agama didirikan pembinaan madrasah menjadi tanggung jawab Departemen Agama. Jenjang pendidikan madrasah adalah
a)      raudatul athfal atau bustanul athfal
b)      madrasah ibtidaiyah;
c)      madrasah tsanawiyah
d)     madrasah aliyah.

3)      Sekolah Umum
Walaupun Islam telah mendirikan lembaga pendidikan berbentuk madrasah, bukan berarti umat islam menolak sistem pendidikan umum dengan lembaga pendidikan, seperti TK, SD, SMP, SMA, dan SMK.
Selain mendirikan lembaga pendidikan yang berbentuk madrasah, umat Islam juga mendirikan lembaga pendidikan tersebut dengan berbagai nama. Ada yang menggunakan nama-nama Islam dan ada yang menggunakan nama-nama umum. Walaupun bentuk lembaga pendidikan tersebut adalah lembaga pendidikan umum, tetapi pelajaran agama dalam tersebut bidang studi khusus menjadi ciri khas dan nilai tambah dari lembaga pendidikan tersebut

4)      Perguruan Tinggi

Lembaga perguruan tinggi Islam telah berdiri sehjak tahun 1940-an. Lembaga pendidikan tinggi Islam itu sebagian dikelola negara dan ada pula yang dikelola swasta.
Perguruan tinggi Islam dikelola negara Istitut Agama Islam Negeri (IAIN) dan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri STAIN). Di seluruh Indonesia terdapat 14 IAIN dengan 90 fakultas dan puluhanSTAIN yang tertua adalah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang berdiri pada tahun 1960.
Selain itu, pemerintah Indonesia juga bekerja sama dengan pemerintah sudan untuk mendirikan Universitas islam Persahabatan Indonesia Sudan (UUIS) di Malang. UUIS sebelumnya adalah STAIN Malang. UIIS diresmikan oleh Wapres Dr. H. Hamzah Haz pada tanggal 21 Juli 2002. adapun Perguran Tinggi gama Islam Swasta PTAIS) didirikan oleh sebuah yayasan, perkumpulan atau badan wakaf yang bersatatus badan hukum sesuai dengan Sk Mentri Agama Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1987. PTAIS bisa berbentuk universitas , institut, sekolah tinggi, atau bentuk lain yang ditetapkan dengan keputusan Mentri Agama Republik Indonesia.
Perguruan tinggi Agama Islam Swasta yang tertua adalah Universitas Islam Indonesia (UII) yang berkedudukan di Yogyakarta. UII didirikan pada tanggal 8 Juli 1945 oleh Tokoh-tokoh Islam Terkemuka seperti K.H Wahid Hasyim, K.H. Mas Mansur, Muhammad Roem, H. Anwar Tjokroaminoto, dan K.H. Kahar Muzakir.


  1. Peranan Umat Islam dalam Bidang Budaya
Umat Islam juga mempunyai peranan penting dalam mengembangkan kebudayaan. Peranan penting itu terlihat dalam munculnya seni arsitektur Islam, peringatan hari-hari besar Islam, seni kaligarfi, dan bahasa.
1)      Seni Arsitektur
Seni arsitektur ini terlihat pada bangunan masjid yang merupakan tempat ibadah dan pusat kegiatan umat islam. Seni arsitektur ini terlihat pada beberapa komponen masjid, seperti kubah, menara, beduk, serta hiasan-hiasan yang dipasang di tiang masjid, dinding, pintu, jendela, latar dan gapura.
2)      Peringatan Hari-hari Besar Islam (PHBI)
Umat Islam di Indonesia sellu memperingati hari-hari besar Islam, baik yang dilaksanakan oleh negara maupun masyarakat. Hal ini merupakan budaya yang baik. PHBI bisa menjadi media dakwah yang cukup efektif. Contoh peringatan hari-hari besar Islam tersebut adalah maulid Nabi, tahun baru Islam, dan nuzulul-Qur’an.
3)      Seni kaligrafi
Seni kaligrafi adalah seni penulisan tulisan Arab berkebang sebagai dekorasi dan catatan sejarah. Kaligrafi juga berfungsi sebagai simbol keislaman di seluruh masyarakat muslim Indonesia. Seni kaligrafi sering dijadikan hiasan di berbagai tempat ibadah dan bangunan-bangunan umum
4)      Bahasa
Dewasa ini banyak sekali bahasa Al-Qur’an (Arab) yang diserap dalam bahasa Indonesia. Misalnya, salam, hakim, wasit, peradilan, musyawarah, abadi, dan adil.


Ikhtisar
  1. Masuknya Islam di Indonesia
  1. Islam masuk Indonesia pada sekitar abad ke-7 atau ke-8 yang bertepatan dengan abad ke-1 atau ke-2 H. Rute atau jalur yang dilewati adalah jalur utara dan selatan
  2. Secara garis besar penyebaran Islam di Indonesia berlangsung melaui dua cara yaitu perdagangan dan perkawinan
  1. Islam di Sumatera
  1. Pada pertengahan abad ke-13, di Sumatra telah berdiri kerajaan Islam Samudra Pasai yang merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia. Kerajaan ini terletak di pesisir timur laut Aceh yang sekarang merupakan wilayah Kabupaten Lhokseumawe.
  2. Pada tahun 1514, di ujung utara Pulau Sumatra berdiri Kesultanan Islam Aceh. Pendirinya adalah Sultan Ali Mugayat Syah. Kesultanan Aceh ini juga mengalami kemakmuran dan kejayaan pada masa Sultan Iskandar Muda. Pada tahun 1874, Belanda menyatakan Aceh sebagai daerah taklukkannya.
  1. Islam di Jawa
  1. Perkembangan Islam di jawa tidak bias dipisahkan dari peranan para wali. Jumlah wali yang terkenal sampai sekrang adalah sembilan, yang dalam bahasa jawa dikenal dengan sebutan Wali Songo
  2. Disamping Wali songo, penyebaran Islam di Jwa tidak lepas dari peranan kerajaan-kerajaan Islam. Kerajaan-kerajaan Islam di Jawa sudah ada sejak abad ke-16. beberapa kerajaan itu dalah Kerajaan Demak, Kesultanan Pajang, Kerajaan Mataram, Kerajaan Cirebon, dan Kerajaan Banten.
  1. Islam di Sulawesi
  1. Masuknya Islam di Sulawesi tidak terlepas dari peranan Sunan Giri di Gresik. Hal itu karena Sunan Giri menyelenggarakan pesantren yang banyak didatangi oleh santri dari luar jawa.
  2. Pada abad ke-16, di Sulawesi Selatan telah berdiri Kerajaan Hindu Gowa dan Tallo. Masuknya Islam ke Sulawesi melalui dua cara berikut ini
a.       Cara Tidak Resmi
Cara tidak resmi ini terjadi pada saat penduduk setempat berdagang keluar dan berhubungan dengan pedagang-pedagang muslim di luar Sulawesi. Mereka mengenal dan memeluk Islam karena adanya interaksi tersebut.
b.      Cara Resmi
Penerinaan Islam secara resmi dilakukan oleh Raja Gowa dan Tallo yang pertama, yaitu Sultan Alaudin yang telah masuk Islam. Penerimaan itu terjadi pada tahun 1605. hal ini ditandai dengan kedatangan tiga orang datuk yang berasal dari Kota Tengah Minangkabau.
  1. Islam di Kalimantan
  1. Pada abad ke-16, Islam mulai memasuki Kerajaan Sukadana. Pada tahun 1590, Kerajaan Sukadana resmi menjadi kerajaan Isla. Sultan pertamanya adalah Sultan Giri Kusuma. Ia digantikan oleh putranya Sultan Muhammad Syaifudin. Beliau banyak berjasa dalam pengembangan Islam di Kalimantan.
  2. Di bagian selatan Pulau Kalimantan, berdiri Kerajan Islam banjar sekitar tahun 1526. kerajaan Islam Banjar merupakan kelanjutan dari Kerajaan Daha yang beragama Hindu, rajanya pertama adalah Raden Samudra yang memluk Islam karena hubunganya dengan Sultan Trenggono di Demak. Sejak masuk Islam, ia menggantikan namanya mejadi Pangeran Suryanullah atau Pangeran Suriansyah.
  1. Islam di Maluku dan Irian Jaya
  1. Penyebaran Islam di Maluku tidak lepas dari jasa para santri Sunan Drajat yang berasal dari Ternate dan Hitu. Islam sudah dikenal di Ternate sejak abad ke-15. pada saat itu, hubungan dagang dengan Indonesia Barat, khususnya dengan Jawa berjalan lancar. Selain berdagang, para pedagang juga melakukan dakwah.
  2. Di maluku, ada empat kerajaan bersaudara yang berasal dari keturunan yang sama, yakni Ternate, Tidore, Bacan, Jailolo yang raja-rajanya telah mmemeluk Islam.
  1. Islam di Nusa tenggara dan Sekitarnya
Di Nusa Tenggara Islam pertama kali diterima oleh suku Sasak antara tahun 1840 – 1850. Penyiaran Islam di daerah itu dilakukan oleh para mubalig dari Makassar. Di Pulau Bali, komunitas muslim terdapat di Singaraja, Buleleng, dan Siririt.
  1. Peranan Umat islam di Indonesia
  1. Masa Penjajahan
umat Islam menghadapi berbagai corak kekuatan Barat dengan beberapa fase, yaitu fase persaingan dagang, fase penetrasi dan agresi, fase perluasan jajahan. Dan fase pnindasan
  1. Masa Perang kemerdekaan
dilandasi semangat tauhid dan keyakinan terhadap ajaran agama, umat Islam bangkit secara kelompok atau pribadi menentang penjajahan. Mereka dipimpin oleh para ulama dan pahlawan Islam, diantaranya adalah K.H. Ahmad Dahlan, dan K.H. Hasyim Asy’ari.
  1. Masa Pembangunan
Peran masa Islam pada masa pembangunan sangatlah besar, baik secara individu maupun secara organisasi . hal ini ditunjukkan dengan peran organisasi Islam dalam menyelenggarakan lembaga-lembaga pendidikan formal maupun nonformal.

Integrasi Budi Pekerti
Sunan Kalijaga terkenal sebagai seorang wali yang berjiwa besar, berpandangan jauh, berpikiran tajam, dan intelek. Dalam berdakwah, sunan kalijaga tidak terbatas pada satu daerah tertentu saja. Sebagai mubaligh, ia berkeliling dari suatu daerah ke daerah yang lain. Karena sistem dakwahnya yang intelek dan aktual, para bangsawan dan cendikiawan banyak yang bersimpati kepadanya. Demikian juga masyarakat awam.
Sunan Kalijawa berjasa dalam perkembangan wayang purwa atau ayang kulit yang bercorak islami. Ia mengarang aneka cerita wayang yang bernapaskan islam, terutama mengenai etika. Kecintaan masyarakat terhadap wayang digunakannya sebagai sarana untuk menarik mereka masuk Islam.
Jasa Sunan Kalijaga terhadap kesenian tidak hanya terlihat pada wayang kulit, tetapi juga pada seni gamelan, seni suara, seni pahat, dan kesusasteraan.
Pesantren

Latihan

A.    Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, d, atau e di depan jawaban yang paling benar!
  1. Masuknya islam ke Indonesia melaui dua jalur, yaitu jalur utara dan jalur selatan. Jalur utara ,meliputi ….
a.       Arab – Yaman – Gujarat – Sri Lanka – Indonesia
b.      Arab – Damaskus – Bagdad – Gujarat – Sri Lanka – Indonesia
c.       Arab – Iran – Irak – Afganistan – Pakistan – India – Indonesia
d.      Arab – Irak – Kuait – Pakistan – Malaysa – Indonesia
e.       Arab – Yordania – Mesir – Malaysia – Indonesia

  1. Kerajaan Islam pertama di Sumatra dan Indonesia yang berdiri pada abad ke-13 adalah ….
a.       Kerajaan Malaka
b.      Kerajaan Samudra Pasai
c.       Kerajaan Sriwijaya
d.      Kerajaan Aceh Darussalam
e.       Kerajaan Ternate

  1. Perkembangan Islam di Jawa tidak lepas dari peran Wali Songo. Nama-mana berikut ini yang tidak termasuk nama wali Songo adalah ….
a.       Maulana Malik ibrahim
b.      Raden Rahamt
c.       Raden mas Syahid
d.      Raden fatah
e.       Jafar Sadiq

  1. Masuknya Islam di Sulawesi melalui dua cara, yaitu cara resmi dan cara tidak resmi. Penerimaan Islam secara resmi terjadi pada tanggal ….
a.       21 Juni 1813
b.      22 Oktober 1568
c.       22 September 1605
d.      16 maret 1653
e.       31 Januari 1711

  1. Berikut ini adalah kerajaan Islam yang berada di Maluku, kecuali ….
a.       Kerajaan Ternate
b.      Kerajaan Jailolo
c.       Kerajaan Tidore
d.      Kerajaan Gowa
e.       Kerajaan Bacan

  1. Perkembangan Islam di Maluku tidak terlepas dari jasa ….
a.       Maulana Ibrahim
b.      Sultan Aminudin
c.       Sunan Bonang
d.      Sunan Drajat
e.       Syehk Muhammad Arsyad

  1. Pejuang Islam yang mengangkat senjata melawan Belanda di Sumatra Barat adalah ….
a.       Muhammad Badarudin
b.      Imam Bonjol
c.       Panglima Polim
d.      Raden Intan
e.       Pangeran Antasari

  1. Salah satu peranan pemerintah dalam pengembangan Islam adalah ….
a.       mendirikan departemen agama
b.      mendirikan pondok pesantren
c.       menyantuni fakir miskin
d.      mebiayai perjalanan haji
e.       mendirikan masjid Istiqlal


  1. majelis tablig bertugas ….
a.       Mengatur masalah keremajaan dan kepemudaan
b.      Mengatur masalah kesejahteraan
c.       Mengatur masalah keuangan
d.      Mengatur masalah pendidikan
e.       Mengatur penyiaran dan dakwah


  1. Organisasi Islam yang beranggotakan intelektual dan cendikiawan muslim adalah ….
a.       NU
b.      DDi
c.       ICMI
d.      Muhammadiyah
e.       HMI

B.     Jawablah pertanyaan berikut secara singkat dan tepat
  1. Siapa yang pertama kali menyiarkan Islam di Nusa Tenggara ?
  2. Kemukakan tokoh pejuang Islam pada masa penjajahan khususnya pada fase persaiangan dagang !
  3. himah apa yang bissa kita ambil dari cara berdakwah Wali Songo di Jawa?
  4. Jelaskan peranan organisasi Islam dan pondoknpesantren pada masa perjuangan kemerdekaan!
  5. deskripsikan peranan umat Islam di Indonesia dalam bidang pendidikan dan kebudayaan !

Lembar Portofolio

1.      Diskusikan mengenai manfaat sejarah perkembangan Islam di Indonesia !
2.      tuliskan mengenai salah satu wali atau pahlawan yang besar jasanya terhadap penyiaran islam !
3.      bandingkan perbedaan dan persamaan masuknya Islam yang melewati jalur selatan dan jalur utara !
4.      deskripsikan peranan umat Islam dalam mengusir penjajah !
5.      cari dan inventarisasikan nama-nama lembaga pendidikan Islam, baik formal maupun non formal yang ada disekitar tempat tinggal mu dengan menggunakan format sebagai eberikut.
No
Nama Lembaga
Alamat
1.
2.
3.
4.
5.




HIKMAH
Jsadilah manusia yangtangguh menghadapi berbagai cobaan dan hiasilah dirimu dengan sifat ramah dan setia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar