Minggu, 23 Oktober 2016

Materi Kls. XII Iman Kpd Qoda n Qodar



BAB VII
IMAN KEPADA KADA DAN KADAR

  1. Pengertian Iman kepada Kada dan Kadar
  2. Bukti-Bukti Adanya Kada dan Kadar
  3. Sunatullah
  4. Ikhtiar dan Tawakal
  5. Fungsi iman kepada Takdir

Allah swt tidak akan mengubah nasib suatu kaum apabila kaum itu tidak berusaha untuk mengubah nasibnya sendiri. Sebagai umat yang beriman, Allah swt, telah memberikan petunjuk kepada kita untuk giat berusaha dan beribadah.
Manusia mempunyai kewajiban untuk selalu berusaha, sedangkan hasil harus diserahkan kepada Allah swt. Umat yang beriman selalu mempunyai anggapan bahwa yang diberikan Allah swt, adalah yang terbaik baginya.



Kompetensi Dasar
Siswa mampu mendeskripsikan fungsi keimanan kepada Kada dan Kadar Untuk kepentingan hidup sehari-hari


Standar Kompetensi
Siswa mampu menerapkan akidah islam dalam kehidupan sehari-hari


Indikator
Setelah proses pembelajaran siswa mampu.
1.      Mengidentifikasi fungsi dan hikmah iman kepada Kada dan Kadar
2.      Melakukan ikhtiar dan selalu tawaqal kepada Allah swt. Dalam kehidupan sehari-hari

TADARUS
  1. Surat Al-Ahzab Ayat 1-3
 









Hai Nabi, bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu menuruti (keinginan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana,
Dan ikutilah apa yang diwahyukan Tuhanmu kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Dan bertaqwalah kepada apa yang diwahyukan Tuhanmu kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.


  1. Surat Al-Imran Ayat 26-27



 












Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rezki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas)."

  1. Surat Al-Hadid Ayat 22-24
 













Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri,
(Yaitu) orang-orang yang kikir dan menyuruh manusia berbuat kikir. Dan barangsiapa yang berpaling (dari perintah-perintah Allah) maka sesungguhnya Allah Dia-lah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji.

  1. Surat Asy-Syura Ayat 29-31



 












Dan di antara ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan) -Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan makhluk-makhluk yang melata yang Dia sebarkan pada keduanya. Dan Dia Maha Kuasa mengumpulkan semuanya apabila dikehendaki-Nya.
Dan apa musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).
Dan kamu tidak dapat melepaskan diri (dari azab Allah) di muka bumi, dan kamu tidak memperoleh seorang pelindungpun dan tidak pula seorang penolong selain Allah.



MUKADIMAH
Takdir memang kejam, begitu lirik sebuah lagu pop Indonesia yang kemudian diganti dengan lirik lain karena diprotes MUI. Hal ini memang selayaknya diprotes. Kita sebagai orang yang beriman meyakini bahwa takdir Allah swt. Itu ada yang baik dan ada yang buruk. Kedua-duannya harus kita terima apabila menerima takdir baik, kita wajib mensyukurinya. Apabila takdir buruk, kita harus menjalaninnya dengan tabah dan sabar.
Dengan demikian, ungkapan takdir memang kejam merupakan wujud ketidaksabaran dan ketidaktabahan seseorang ketika menerima musibah atau kenyataan yang tidak menyenangkan. Akhirnya ia menyalahkan takdir.
Sebagai orang yang beriman kepada takdir, kita harus melakukan iktiar, tawakal dan doa.
1.      Ikhtiar adalah usaha secara maksimal sesuai dengan potensi dan kemampuan yang diberikan Allah swt.
2.      tawakal adalah berserah diri kepada Allah swt. Setelah berikhtiar semaksimal mungkin.
3.      Doa adalah permohonan kepada Allah swt. Kita wajib berdoa agar ikhtiar kita berhasil. Kita berdoa kepada Allah swt. Agar dapat menerima segala takdirnya.
Dalam bab ini, kita akan membahas iman kepada Kada dan Kadar. Kita akan membahas pengertian takdir dan bukti-bukti adanya kada dan kadar, sunatullah, hubungan ikhtiar dan tawakal, serta fungsi iman kepada kada dan kadar.

A.    Pengertian Iman kepada Kada dan Kadar
Iman kepada kada dan kadar adalah meyakini dengan sepenuh hati bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam ini dikuasai oleh suatu hukum yang pasti dan tetap yang tidak tunduk kepada kemauan manusia. Segala sesuatu itu meliputi semua kejadian yang menimpa seluruh makhluk hidup, termasuk manusia dan benda-benda yang ada di alam semesta. Kejadian itu bias berupa hidup atau mati, baik buruk, dan kemunculan atau kemusnahan.
Selanjutnya, akan diuraikan mengenai kada, kadar, serta hubungan antara keduannya
  1. Kada
Kada mempunyai beberapa arti, beberapa arti tersebut dapat dilihat dalam ayat-ayat al-Quran berikut ini.
a.       Kada yang berarti hukum atau keputusan terdapat pada Surat An-Nisa’ Ayat 65
b.      Kada yang berarti mewujudkan atau menjadikan terdapat pada Surat Fusilat Ayat 12
c.       Kada yang berarti kehendak terdapat pada Surat Ali Imran Ayat 47
d.      Kada yang berarti perintah terdapat pada Surat Al-Isra’ AYat 23
  1. Kadar
Kadar juga mempunyai beberapa arti yang dijelaskan dalam ayat-ayat Al-Qur'an  berikut ini
a.       Kadar yang berarti mengatur serta menentukan sesuatu menurut batas-batasnya terdapat pada surat Fussilat Ayat 10
b.      Kadar yang berarti ukuran terdapat pada Surat Ar-Ra’d Ayat 17
c.       Kadar yang berarti ketentuan dan kepastian terdapat pada Surat Al-Mursalat Ayat 23
d.      Kadar yang berarti kekuasaan dan kemampuan terdapat pada Surat Al-Baqarah Ayat 236
e.       Kadar yang berarti perwujudan kehendak Allah, terhadap semua makhluk-Nya dalam bentuk-bentuk dan batasan-batasan tertentu terhadap pada Surat Al-Qamar Ayat 49


  1. Hubungan Kada dan Kadar
Kada dan Kadar merupakan satu kesatuan. Kada merupakan ketentuan, kehendak, dan kemauan Allah swt., sedangkan kadar merupakan perwujudan dari kehendak itu. Kada bersifat qadim (lebih dulu ada), sedangkan kadar bersifat hudus (baru).
Dalam kehidupan sehari-hari, kedua istilah tersebut lebih popular dengan sebutan takdir.
Menurut ulama ahlusunah waljamaah, berdasarkan pelakunya, ada dua macam perbuatan di alam semesta ini, yaitu sebagai berikut.
a.       Perbuatan pertama adalah perbuatan yang dilakukan Allah swt terhadap makhluk-Nya. Dalam hal ini, tidak ada kekuasaan dan pilihan bagi semua makluk, keculai menerimannya. Contohnya, turunya hujan, tumbuhnya tanaman, kehidupan, kematian, sehat, dan sakit
b.      Perbuatan yang kedua adalah perbuatan yang dilakukan oleh semua makluk. Semua makluk melakukan segala perbuatan berdasarkan kehendak dan keinginan yang diberikan Allah swt kepada mereka.
Sebagai orang yang beriman, kita harus mengerti segala kejadian yang menimpa diri kita. Selain disebabkan oleh perbuatan yang kita kehendaki, kita juga memahami bahwa ada peristiwa yang terjadi diluar kekuasaan kita. Hal itu adalah semata-mata kekuasaan Allah swt. Dengan memahaminya, kita akan bias berlapang dada menerima segala takdir yang dating dari Allah.
Syeh Muhammad al-Usaimin mengemukakan bahwa takdir itu mempunyai empat tingkatan, yaitu al-ilmu, al-kitabah, al-masyi’ah dan al-khalqu.
a.       Al-‘Ilmu atau pengetahuan adalah mengimani dan meyakini bahwa Allah swt. Maha Mengetahui segala sesuatu. Dia mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi, secara umum maupun terperinci, baik itu perbuata-Nya sendiri maupun perbuatan mahluk-Nya. Tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi.
b.      Al-Kitabah atau penulisan adalah mengimani bahwa Allah swt, telah menuliskan segala ketetapan dalam lauh mahfuz yang ada disisi-Nya. Lauh mahfuz ialah tempat pencatatan ketetapan Allah swt. Atas makhluk-Nya yang terpelihara di sisi-Nya. Allah swtberfirman dalam alquran Surat Al-Hadid Ayat 22 berikut ini.
Artinya:
Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.(Q.S. Al-Hadid:22)

c.       Al-Masyi’ah adalah kehendak Allah swt, terhadap segala sesuatu yang terjadi dan tidak terjadi, baik dilangit dan dibumi. Allah swttelah menetapkan bahwa apa yang diperbuat-Nya adalah kehendak-Nya serta apa yang diperbuat para haba-Nya adalah dengan kehendak-Nya juga. Allah swt berfirman dalam Al-Qur’an Surat at-Takwir Ayat 28-29 berikut ini
Artinya:
(yaitu) bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus. Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.(Q.S. At-Takwir:28-29)
d.      Al-Khaqu atau penciptaan adalah mengimani Allah swt, sebagai pencipta segala sesuatu serta meyakini bahwa semua yang terjadi dari perbuatan Allah swt, adalah ciptaan Allah. Contohnya adalah langit, bumi, manusia, hewan dan segala sifat serta perbuatan yang dilakukan makhluk-Nya.


B.     Bukti-Bukti Adanya Kada dan Kadar
Bukti adanya kada dan kadar dapat dilihat pada alam ini, termasuk pada diri manusia. Kapan dan di mana manusia lahir, manusia tidak dapat memilihnya. Ketika lahir ke dunia, manusia tidak bias memilih ibu dan bapak, tidak bias memilih bangsa dan tanah air. Bahkan, manusia juga tidak bias memilih jenis kelamin laki-laki atau perempuan atau memilih bentuk dan rupa tubuhnya sendiri. Semua itu telah ditakdirkan Allah dan manusia tinggal menerimannya saja.
Bukti lain adalah ketentuan yang berhubungan dengan soal mati. Datangnya kematian merupakan misteri bagii semua makhluk. Kematian berada di luar kekuasaan makhluk dan semua mahkluk tinggal menerima saja. Contohnya, ada orang yang sudah bosan hidup dan ingin segera mati, tetapi ia malah tidak segera mati. Di lain pihak ada orang yang masih muda dan segar bugar meninggal karena tertabrak mobil. Kejadian itu menunjukkan bahwa takdir Allah swt menentukan bahwa orang itu akan mati karena tertabrak mobil.
Benda-benda di alam ini, seperti, bumi, bulan, bintang-bintang, dan planet-planet terdapat takdir yang tidak dapat dilanggarnya. Bumi bergerak mengikuti matahari dalam jangka tertentu, begitu pula planet-planet dan bintang-bintang lainnya. Semua berjalan teratur di angkasa raya, sesuai dengan ketentuan umum yang telah ditetapkan oleh Allah swt. Semua itu disebut dengan sunatllah
Pendek kata, kenyataan bahwa Allah swt. Menguasai ala mini, tidak terbantah adanya. Segala segi kehidupan di ala mini membuktikannya sendiri. Oleh karena itu, semua orang islam wajib mengimaninya.

C.     Sunatullah
Menurut bahasa, kata sunah bersinonim dengan kata tariqah yang berarti jalan yang dilalui atau sirah jalan hidup. Kemudian, kata tersebut digabung dengan lafal Allah sehingga menjadi kata majemuk sunatullah. Sunatullah berarti ketentuan-ketentuan atau hukum Allah swt, yang berlaku atas segenap dan berjalan tetap dan teratur.
Contoh dari ketentuan tersebut adalah apai yang bersifat panas dan membakar, air yang sifatnya membasahi dan mencari tempat yang rendah. Dan es yang sifatnya dingin dan beku. Sifat yang demikian itu akan tetap seperti itu di manapun dan kapan pun. Ayatollah Murtado Mutahhari berpendapat bahwa yang dikatakan sunatullah adalah apa yang disebut oleh ilmu pengetahuan dengan hokum alam atau hokum sebab akibat. Sunatullah terdiri atas dua macam, yaitu sunatullah qauliyyah dan sunatulllah kauniyyah.
1.      Sunatullah qauliyyah adalah sunatullah yang berupa wahyu yang tertulis dalam bentuk lembaran atau dibukukan, yaitu Al-Quran.
2.      Sunatullah kauniyyah adalah sunatullah yang tidak tertulis dan berupa kejadian atau fenomena alam. Contohnya, api itu panas dan membakar, matahari terbit di ufuk timur dan terbenam di ufuk barat, serta pergantian siang dan malam.
Kedua sunatullah tersebut memiliki persamaan, yaitu :
1.      kedua-duanya berasal dari Allah swt;
2.      kedua-duanya dijamin kemutlakannya;
3.      kedua-duannya tidak dapat diubah atau diganti dengan hokum lainnya.

Contohnya adalah hokum yang terdapat dalam Al-Qur’an. Dalam Al-Qur’an dikatakan bahwa barang siapa yang beriman dan beramal saleh, pasti akan mendapat balasan pahala dari Allah swt. Hokum tersebut tidak bias diganti dengan hokum lainnya.
Selain memiliki persamaan, keduannya juga mempunyai perbedaan. Sunatullah yang ada di alam, dapat diukur. Untuk mengetahui sunatullah di alam, manusia yang dapat melakukan serangkaian kegiatan pene;litian empiric, seperti observasi, pengukuran, perbandingan, analisis, dan kesimpulan. Hal itu dapat diketahui dengan menggunakan rumus-rumus statistic. Misalnya, seorang fotografer yang akan mencuci film hitam putih. Waktu yang diperlukanuntuk mencucui film itu dapat ditentukan sesuai dengan temperature yang ada. Demikian pula untuk memanaskan air samapi mendidih, waktunya dapat diukur sehingga seseorang dapat memperkirakan waktu tyang diperlukan untuk memasak air.
Lain halnya dengan sunatullah yang ada dalam Al-Qur’an. Walaupun hal itu pasti terjadi, tetapi tidak diketahui secara pasti kapan waktunya. Contohnya adalah kematian seseorang. Semua manusia mengakui bahwa hal itu benar dan pasti adanya. Akan tetapi, waktu datangnya serta hal ikhwal mengenai kematian itu tidak ada seorang pun mengetahuinya. Tidak ada seorang pun yang mampu meneliti atau melakukan observasi menegenai hal itu. Alat penelitiannya hanyalah keimanan kepada Allah swt. Dengan mempelajari dan memahami Al-Qur’an sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an Surat Al-Ahzab Ayat 62 sebagai berikut ini
Artinya:
Sebagai sunnah Allah yang berlaku atas orang-orang yang telah terdahulu sebelum (mu), dan kamu sekali-kali tiada akan mendapati perubahan pada sunnah Allah.(Q.S. Al-Ahzab:62)
D.    Iktiar dan Tawakal
Ikhtiar berarti memilih. Menurut istilah ikhtiar adalah berusaha secara maksimal dalam mencapai tujuan dan hasil serta bergantung sepenuhnya kepada kehendak Allah swt.
Menurut Ibnu Sina, ikhtiar berarti kekuatan untuk memilih (power of choice). Kekuatan memilih tersebut berdasarkan atas daya dan pengetahuan yang diberikan Allah swt. Melalui usaha dan pemikiran. Dengan demikian, manusia dapat memilih sesuatu untuk dikerjakan atau tidak dikerjakan.
Islam menghendaki agar setiap muslim berusaha sekuat tenaga dengan carayang halal untuk mengubah nasibnya. Di samping itu, setiap muslim juga harus berusaha mencegah terjadinya suatu bencana atau kegagalan dalam meraih cita-cita. Allah swt, berfirman dalam Al-Qur’an Surat An-najm Ayat 39 – 42 berikut ini.
Artinya :
dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna, dan bahwasanya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu),

Terjadinya atau tidak terjadinya sesuatu disebabkan oleh dua hal, yairu gazirah dan ikhtiar.
1.      Gazirah adalah insting atau bakat pembawaan lahir. Contohnya, perasaan lapar menyebabkan kita makan dan perasan mengantuk menyebabkan kita tidur. Gazirah tidak memberikan kesempatan kepada kita untuk memilih, selain memenuhinya.
2.      ikhtiar adalah usaha secara maksimal sesuai dengan potensi dan kemampuan yang diberikan Allah swt, contohnya, ketentuan dan keuletan belajar menyebabkan orang memiliki banyak ilmu. Orang yang bekerja keras akan menjadi kaya. Akan tetapi, mutu ilmu pengetahuan dan jumlah kekayaan yang diperoleh itu tergantung pula kepada kekuatan ikhtiar yang diberikan Allah  swt.
Tegasnya, yang memberikan kekuatan memilih adalah Allah swt, sedangkan yang memilih adalah manusia. Yang memberikan kecerdasan itu adalah Allah swt, sedangkan yang memiliki kemampuan untuk menggunakan kecerdasan tersebut manusia. Apabila usaha tersebut hasilnya baik, hal itu tentu saja karena proses usaha yang dilaksanakan juga baik. Demikian pula sebaliknya, apabila usaha tersebut gagal, hal itu tentu saja disebabkan proses usaha yang kurang baik pula. Hal it difrimankan Allah swt. Dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 286 berikut ini.

Artinya:
… ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakan dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya ….(Q.S. Al-Baqarah:286)
Berikut ini adalah sebuah kisah mengenai hal itu.
Pada suatu ketyika, khalifah Umar bin Khatab dan para sahabatnya berada dalam perjalanan menuju suatu daerah untuk melakukan inspeksi. Ditengah perjalanan, beliau mendapat laporan dari seorang kurir bahwa daerah yang akan dikunjungi tersebut sedang terjangkit penyakit taun atau sampar, yaitu penyakit menular yang sangat berbahaya. Setelah Khalifah Umar bin Khatab mendapat laporan tersebut, beliau memerintahkan rombongannya untuk kembali ke Madinah. Sahabat Abu ubaidah bin Jarrah merasa heran dengan keputusan Khalifah Umar bin Khattab tersebut. Ia berranggapan bahwa Khalifah Umar bin Khattab tidak melanjutkan perjalanan itu karena takut terjangkit penyakit. Padahal, ia berpendapat bahwa apabila Allah swt.tidak menakdirkan mereka untuk terkena penyakit itu, “Wahai Khalifah! Mengapa tuan lari dari takdir Allah?”Khalifah Umar bin Khattab menjawab, “Betul! Kita lari dari takdir Alllah untuk pergi menuju takdir Allah pula.”
Maksud jawaban Khalifah Umar bin Khattab tersebut adalah bahwa beliau lari dari takdir terserang penyakit berbahaya itu dan pergi kea rah takdir untuk tetap sehat walafiat. Itulah pengertian ikhtiar yang sebenarnya.
Allah swt, menegaskan lagi pengertian ikhtiar tersebut dalam Al-Qur’an Surat Ar-Ra’d Ayat 11 berikut ini.
Artinya : …... Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.

Tawakal adalah berserah diri kepada kada dan kadar Allah swt. Setelah berusaha semaksimal mungkin. Allah swt. Menjelaskan hal itu dalam Al-Quran Surat Ali-Imran Ayat 159 berikut ini.
Artinya:
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma`afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.

Contoh dari sikap tawakal yang benar adalah sebagai berikut. Seorang pemilik rumah ketika bepergian harus menutup dan menunci rumah agar tidak dimasuki pencuri. Setelah itu, ia kemudian bertawakal kepada Allah swt, dengan berdoa agar rumah tetap aman selama ditinggal pergi. Apabila rumah tersebut tetap dimasuki pencuri yang merusak pintunya, barulah hal itu bias disebut takdir Allah. Allah swt, tetap kuasa melakukan kehendak-Nya agar rumah tersebut dicuri walau pemilik rumah sudah menguncinya. Lain halnya, apabila pemilik rumah meninggalkan rumahnya tanpa menguncinya dengan mengatakan bahwa ia bertawakal kepada Allah swt. Ia mengatakan bahwa jika Allah swt, menghendaki rumahnya tidak dicuri orang, tentunya tidak akan kecurian walaupun ia tidak menguncinya. Dalam logika, tentu saja rumah yang tidak dikunci akan mudah dimasuki pencuri.
Tawakal tentu saja bukan seperti pemahaman pemilik rumah yang tidak mengunci rumahnya tersebut. Sebaliknya, pemahaman seperti itu termasuk paham fatalisme, yaitu paham yang mengajarkan sikap pasrah kepada nasib tanpa ada usaha atau ikhtiar sedikitpun. Paham seperti itu dilarang keras oleh Islam karena akan menghambat kemajuan umat Islam. Cerita ini bias menambah pemahaman mengenai hal itu.
Pada suatu hari, Rosulullah saw. Didatangi salah seorang sahabatnya yang mengendarai seekor unta. Rosulullah saw, bertanya kepadanya, “Apakah kamu dating ke sini dengan mengendarai unta?” Betul wahai Rosulullah,”Jawabanya. Rasululah saw bertanya lagi, “Apakah untamu sudah kamu tambatkan?”ia menjawab, “Belum, wahai Rosulullah! Aku sudah bertawakal kepada Allah swt.” Rosulullah saw. Bersabda lagi, “seharusnya, kamu tambatkan dulu untamu kemudian barulah kamu bertawakal kepada Allah swt,”
Menurut Muhammad bin Abdul Wahab, tawakal adalah pekerjaan hati manusia dan puncaknya tertinggi keimanan. Sifat ini akan dating  dengan sendirinya jika iman seseorang sudah matang.
Menurut HAMKA, seseorang belum disebut beriman apabila belum mencapai puncak tawakal. Tawakal menjadi dasar keimanan semua amal. Hubungan tawakal dengan keimanan, seperti hubungan badan dengan kepala. Kepala tidak dapat berdiri tanpa adanya tawakal. Allah swt. Menjelaskan hal itu dalam Al-Qur’an Surat yunus Ayat 84 berikut ini.

Artinya
Berkata Musa: "Hai kaumku, jika kamu beriman kepada Allah, maka bertawakkallah kepada-Nya saja, jika kamu benar-benar orang yang berserah diri."
Menurut al-Gazali, orang orang yang bertawakal terbagi menjadi empat bagian berikut ini.
1.      Orang yang berusaha memperoleh sesuatu yang dapat membawa manfaat kepadanya.
2.      orang yang berusaha memelihara sesuatu yang dimilikinya supaya menimbulkan hal-hal yang bermanfaat.
3.      Orang yang berusaha menolak dan menghindarkan diri dari hal-hal yang akan menimbulkan mudarat atau bencana.
4.      Orang yang berusaha menghilangkan mudarat yang menimpa dirinya.
Selanjutnya, Al Gazali menjelaskan bahwa dalam penerapannya tawakal terdiri atas tiga tingkatan, yaitu tawakal, taslim, dan tafwid.
1.      Tawakal adalah keadaan hati yang senantiasa tenang dan tenteram terhadap apa yang dijanjikan Allah swt.
2.      Taslim adalah menyerahkan urusan kepada Allah swt, karena Dia mengetahui segala sesuatu mengenai diri dan keadaannya.
3.      Tafwid adalah rida atau rela menerima segala ketentuan Allah swt. Bagaimanapun bentuk dan keadaanya.’
Pengertian tawakal yang diungkapkan al gazali tersebut juga terungkap dalam firman Allah swt, berikut ini.
Artinya :

Orang yang bertawakal sesuai dengan perintah Allah swt. Pasti akan memperoleh keutamaan. Hal itu dijelaskan Allah swt. Dalam Al-Qur’an Surat At-Talaq Ayat 3 berikut ini.
Artinya:
Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.
Berdasarkan ayat di atas, Allah swt, akan mencukupkan segala keperluan orang-orang yang bertawakal. Hal ini dapat dijabarkan bahwa orang-orang yang bertawakal akan
1.      mendapatkan limpahan sifat aziz atau kehormatan dan kemuliaan;
2.      memiliki keberanian dalam menghadapi musibah atau maut;
3.      menghilangkan keluh kesah dan gelisah, serta mendapatkan ketenangan, ketentraman, dan kegembiraan;
4.      mampu mensyukuri karunia Allah swt, serta memiliki kesabaran apabila belum memperolehnya;
5.      memiliki kepercayaan diri dan keberanian dalam menghadapi semua persoalan;
6.      mendapatkan pertolongan, perlindungan, serta rezeki yang cukup Dari Allah swt;
7.      mendapatkan kepercayaan dari orang banyak karena budi pekertinya yang terpuji dan hidupnya yang bermanfaat bagi orang lain.
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa ikhtiar dan tawakal mempunyai hubungan yang erat sekali. Dalam melaksanakan segala sesuatu, seseorang harus memiliki kerja yang tinggi, tetapi harus menyadari segala keterbatasan pada dirinya. Hal ini akan membuat manusia tidak kehilangan arah dan menjaga semangat kerjanya. Hal itu juga akan membuat manusia tidak mudah putus asa apabila mendapat kegagalan serta tidak mudah lupa diri apabila mendapat keberhasilan. Kewajiban manusia adalah berusaha, sedangkan keberhasilan dan kegagalan adalah ketentuan Allah swt. Untuk dapat memiliki dikap yang seperti itu. Rasulullah saw, telah mengajarkan doa sebagai berikut;

Artinya:
Dengan menyebut nama Allah, hanya kepada-Nya aku bertawakal dan tidak ada daya dan kekuatan kecuali daya dan kekuasaan Allah (H.R. Abu Dawud dan Tirmizi)

E.     Fungsi Iman kepada takdir
Untuk meningkatkan keimanan, seseorang perlu memahami fungsi iman kepada takdir. Fungsi iman kepada takdir adalah sebagai berikut.
  1. Iman kepada takdir akan membuat seseorang makin mantap dalam meyakini bahwa Allah swt. Adalah Tuhan Yang Maha Esa, Mahakuasa, maha Berkehendak, Maha Mengetahui, mahaadil, dan Maha Bijaksana.
  2. Iman kepada takdir akan menumbuhkan kesadaran kepada umat manusia bahwa segala sesuatu yang ada di alam semesta ini berjalan sesuai dengan kebijaksanaan dan ketentuan Allah swt.
  3. Iman kepada takdir akan mendorong manusia untuk melakukan penelitian-penelitian terhadap benda-benda alam  dan hokum-hukum Allah swt, yang kemudian dirumuskan dalam berbagai teori ilmu pengetahuan.
  4. Iman kepada takdir akan menumbuhkan sikap terpuji, diantaranya, adalah sabar, bersyukur, ar-raja’, kanaah. Optimis, dinamis, inovatif, dan kreatif.
  5. iman kepada takdir akan menghilangkan sikap tercela, seperti sombong, kufur nikmat, iri hati, dengki, pesimis, dan statis.






Ikhtisar
  1. Iman kepada kada dan kadar adalah meyakini dengan sepenuh hati bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam ini dikuasai oleh suatu hokum yang pasti dan tetap yang tidak tunduk kepada kemauan manusia
  2. Kada merupakan ketentuan, kehendak, dan kemauan Allah swt., sedangkan kadar merupakan perwujudan dari kehendak itu.
  3. Sunatullah berarti ketentuan-ketentuan atau hokum Allah swt, yang berlaku atas segenap dan berjalan tetap dan teratur. Sunatullah terdiri ada dua macam, yaitu sunatullah qauliyyah dan sunatulllah kauniyyah, sunatullah qauliyyah berupa wahyu sedangkan sunatulllah kauniyyah berupa kejadian atau fenomena alam.
  4. Menurut istilah ikhtiar adalah berusaha secara maksimal dalam mencapai tujuan dan hasil serta bergantung sepenuhnya kepada kehendak Allah swt.setelah berikhtiar semaksimal mungkin. Kedua hal tersebut wajib dilakukan dan dimilki oleh umat yang beriman.
  5. Iman kepada kada dan kadar banyak membawa hikmah. Hikmah it, di ataranya, adalah membuat iman semakin mantap, menumbuhkan kesadaran kepada umat manusia bahwa segala sesuatu yang ada di alam semesta ini berjalan sesuai dengan kebijaksanaan dan ketentuan Allah swt, menumbuhkan sikap terpuji, diantaranya, adalah sabar, bersyukur, ar-raja’, kanaah. Optimis, dinamis, menghilangkan sikap tercela, seperti sombong, kufur nikmat, iri hati, dengki, pesimis, dan statis.

Integrasi Budi Pekerti
Pada suatu malam, selepas menunaikan salat Isya, Rosulullah saw, mengunjungi rumah menantunya, Ali bin Abi Talib. Saat itu, dilihatnya menantunya sudah hendak tidur, sedangkan waktu masih belum begitru malam benar. Rasulullah saw berkata,” alangkah baiknya kalau sebagian malamu dipergunakan untuk melakukan salat sunah.”Ali bin Abi Talib menjawab, “YaRosul! Diri kita ini sudah berada dalam genggaman Allah swt., jika Allah swt menghendakinya tentu dilimpahkannya rahmat kepada kita, dan jika Allah menghendaki, tentu ditatriknya kembali rahmat itu,”
Mendengar jawaban itu, Rosulullah saw tampak kecewa dan keluar menantunya tersebut sambil memukul-mukul pahanya seraya berkata,”Sungguh manusia itu banyak sekali membantahnya.”

Latihan

A.    Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, d, atau e di depan jawaban yang paling benar!
  1. Berikut ini adalah arti kada secara harfiah menurut Al-Qur’an, kecuali ….
a.       Hokum
b.      Perintah
c.       Mewujudkan
d.      Ukuran
e.       Kehendak

  1. Perwujudan kehendak Allah swt, terhadap semua mahluk-Nya dalam bentuk-bentuk dan ukuran tertentu disebut ….
a.       kada
b.      al-masyi’ah
c.       kadar
d.      kudrah
e.       al-kitabah

  1. Fenomena alam, seperti api itu sifatnya panas dan membkar, matahari terbit di ufuk timur dan terbenam di ufuk barat, serta adanya pergantian siang malam merupakan contoh dari ….
a.       sunatullah
b.      sunatullah qauliyah
c.       sunatullah kauniyyah
d.      sunatullah alamiah
e.       lauh mahfuz

  1. potongan ayat tersebut menjelaskan hubungan antara ….
a.       Ikhtiar dan doa
b.      Kada dan kadar
c.       Tawakal dan doa
d.      Ikhtiar dan tawakal
e.       Kada, kadar, dan tawakal

  1. berikut ini adalah beberapa fungsi dari  beriman kepada kada dan kadar, keculai ….
a.       Membuat iman seseorang menjadi mantap
b.      Membuat seseorang menyalahgunakan takdir sebagai alas an untuk melakukan kemaksiatan
c.       Menumbuhkan kesadaran bahwa seegala sesuatu yang ada di ala mini ada yang mengatur
d.      Menumbuhkan sikap terpuji serta  mengghilangkan  sikap dan prilaku tercela
e.       Mendorong manusia giat mengadakan penelitian-penelitian terhadap benda-benda alam dan hokum-hukum Allah swt yang berlaku pada alam

  1. Contoh sunatullah qauliyyah adalah ….
a.       Matahari yang terbit dari timur
b.      Apai yang panas dan membakar
c.       Siang dan malam
d.      Al-Quran
e.       Es yang membeku

  1. Menurut Al-Qur’an Surat Ali Imran Ayat 47, arti kada adalah ….
a.       Hokum
b.      Mewujudkan
c.       Perintah
d.      Kepastian
e.       Kehendak

  1. Mengimani bahwa Allah swt, telah menuliskan ketetapan dalam lauh mahfuz adalah takdir dalam tingkatan ….
a.       Al-kitabah
b.      Al-ilmu
c.       Al-masyiah
d.      Alkhalqu
e.       Al-‘alim


  1. Menurut Ibnu Sina, arti ikhtiar adalah ….
a.       Kekuatan untuk berusaha
b.      Kekuatan untuk memilih
c.       Kekuatan untuk menerima
d.      Kekuatan untuk menguasai
e.       Kekuatan untuk memutuskan

  1. Berserah di4ri kepada Allah swt, adalah pengertian dari ….
a.       Keimanan
b.      Rida
c.       Tawakal
d.      Usaha
e.       Ikhtiar


B.     Jawablah pertanyaan berikut secara singkat dan tepat
  1. Jelaskan hubungan kada dan kadar!
  2. kemukakan beberapa bukti bahwa kada dan kadar itu betul-betul ada!
  3. Apa yang dimasud dengan sunatullah?
  4. Jelaskan keutamaan tawakal kepada Allah swt?
  5. Sikap apa yang seharusnya kita miliki sebagai orang yang beriman kepada kada dan kadar apabila menemui kegagalan dalam berusaha ?

Lembar Portofolio

1.      Carilah beberapa dalil naqli tentang kada dan kadar dengan menggunakan format berikut ini
No
Nama Surat
Ayat
Bunyi Ayat
1.
2.
3.
4.
5.




2.      Bandingkan persamaan dan perbedaan sunatullah qauliyyah dengan sunatullah kauniyyah dengan menggunakan format sebagai berikut.
Persamaanya
Perbedaanya

Sunatullah qauliyyah
Sunatullah kauniyyah









3.      Diskusikan cirri-ciri orang yang bertawakal!
4.      dewasa ini, bangsa Indonesia sedang ditimpa krisis dalam berbagai bidang kehidupan sehubungan dengan konsep ikhtiar dan tawakal, apa yang sebaiknya dilakukan oleh umat Islam?
5.      Carilah peristiwa yang kamu alami oleh teman-temanmu yang merupakan contoh dari sunatullah!


HIKMAH
Apabila kamu merasa bahagia dengan kebaikan-kebaikanmu dan merasa susuah dengan keburukan-keburukanmu, berarti kamu seorang mukmin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar