BAB VII
IMAN KEPADA KADA DAN KADAR
- Pengertian Iman kepada Kada dan Kadar
- Bukti-Bukti Adanya Kada dan Kadar
- Sunatullah
- Ikhtiar dan Tawakal
- Fungsi iman kepada Takdir
Allah swt tidak akan mengubah nasib suatu kaum apabila kaum
itu tidak berusaha untuk mengubah nasibnya sendiri. Sebagai umat yang beriman, Allah swt, telah
memberikan petunjuk kepada kita untuk giat berusaha dan beribadah.
Manusia mempunyai
kewajiban untuk selalu berusaha, sedangkan hasil harus diserahkan kepada Allah
swt. Umat yang beriman selalu mempunyai anggapan bahwa yang diberikan Allah
swt, adalah yang terbaik baginya.
Kompetensi Dasar
Siswa mampu
mendeskripsikan fungsi keimanan kepada Kada dan Kadar Untuk kepentingan hidup
sehari-hari
Standar Kompetensi
Siswa mampu menerapkan akidah islam dalam
kehidupan sehari-hari
Indikator
Setelah proses pembelajaran siswa mampu.
1.
Mengidentifikasi
fungsi dan hikmah iman kepada Kada dan Kadar
2. Melakukan ikhtiar dan selalu tawaqal
kepada Allah swt. Dalam kehidupan sehari-hari
TADARUS
- Surat Al-Ahzab Ayat 1-3

Hai Nabi,
bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu menuruti (keinginan) orang-orang
kafir dan orang-orang munafik. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui
lagi Maha Bijaksana,
Dan ikutilah apa yang diwahyukan Tuhanmu kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan.
Dan bertaqwalah
kepada apa yang diwahyukan Tuhanmu kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
- Surat Al-Imran Ayat 26-27
![]() |
Katakanlah:
"Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang
yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau
kehendaki. Engkau muliakan orang
yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan
Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Engkau masukkan malam ke dalam siang dan
Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang
mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rezki
siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas)."
- Surat Al-Hadid Ayat 22-24

Tiada
suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri
melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya.
Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
(Kami
jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang
luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang
diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak
menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri,
(Yaitu) orang-orang yang kikir dan
menyuruh manusia berbuat kikir. Dan barangsiapa yang berpaling (dari
perintah-perintah Allah) maka sesungguhnya Allah Dia-lah Yang Maha Kaya lagi
Maha Terpuji.
- Surat Asy-Syura Ayat 29-31
![]() |
Dan di antara ayat-ayat (tanda-tanda
kekuasaan) -Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan makhluk-makhluk yang
melata yang Dia sebarkan pada keduanya. Dan Dia Maha Kuasa mengumpulkan
semuanya apabila dikehendaki-Nya.
Dan apa musibah yang menimpa kamu maka
adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian
besar (dari kesalahan-kesalahanmu).
Dan kamu tidak dapat melepaskan diri (dari
azab Allah) di muka bumi, dan kamu tidak memperoleh seorang pelindungpun dan
tidak pula seorang penolong selain Allah.
MUKADIMAH
Takdir memang
kejam, begitu lirik sebuah lagu pop Indonesia yang kemudian diganti dengan
lirik lain karena diprotes MUI. Hal ini memang selayaknya diprotes. Kita
sebagai orang yang beriman meyakini bahwa takdir Allah swt. Itu ada yang baik
dan ada yang buruk. Kedua-duannya harus kita terima apabila menerima takdir
baik, kita wajib mensyukurinya. Apabila takdir buruk, kita harus menjalaninnya
dengan tabah dan sabar.
Dengan demikian,
ungkapan takdir memang kejam merupakan wujud ketidaksabaran dan ketidaktabahan
seseorang ketika menerima musibah atau kenyataan yang tidak menyenangkan.
Akhirnya ia menyalahkan takdir.
Sebagai orang yang
beriman kepada takdir, kita harus melakukan iktiar, tawakal dan doa.
1.
Ikhtiar
adalah usaha secara maksimal sesuai dengan potensi dan kemampuan yang diberikan
Allah swt.
2. tawakal adalah berserah diri kepada Allah
swt. Setelah berikhtiar semaksimal mungkin.
3.
Doa
adalah permohonan kepada Allah swt. Kita wajib berdoa agar ikhtiar kita
berhasil. Kita berdoa kepada Allah swt. Agar dapat menerima segala takdirnya.
Dalam bab ini,
kita akan membahas iman kepada Kada dan Kadar. Kita akan membahas pengertian
takdir dan bukti-bukti adanya kada dan kadar, sunatullah, hubungan ikhtiar dan
tawakal, serta fungsi iman kepada kada dan kadar.
A.
Pengertian
Iman kepada Kada dan Kadar
Iman kepada kada
dan kadar adalah meyakini dengan sepenuh hati bahwa segala sesuatu yang terjadi
di alam ini dikuasai oleh suatu hukum yang pasti dan tetap yang tidak tunduk
kepada kemauan manusia. Segala sesuatu itu meliputi semua kejadian yang menimpa
seluruh makhluk hidup, termasuk manusia dan benda-benda yang ada di alam
semesta. Kejadian itu bias berupa hidup atau mati, baik buruk, dan kemunculan
atau kemusnahan.
Selanjutnya, akan
diuraikan mengenai kada, kadar, serta hubungan antara keduannya
- Kada
Kada
mempunyai beberapa arti, beberapa arti tersebut dapat dilihat dalam ayat-ayat
al-Quran berikut ini.
a.
Kada
yang berarti hukum atau keputusan terdapat pada Surat An-Nisa’ Ayat 65
b.
Kada
yang berarti mewujudkan atau menjadikan terdapat pada Surat Fusilat Ayat 12
c.
Kada
yang berarti kehendak terdapat pada Surat Ali Imran Ayat 47
d.
Kada
yang berarti perintah terdapat pada Surat Al-Isra’ AYat 23
- Kadar
Kadar juga
mempunyai beberapa arti yang dijelaskan dalam ayat-ayat Al-Qur'an berikut ini
a.
Kadar
yang berarti mengatur serta menentukan sesuatu menurut batas-batasnya terdapat
pada surat Fussilat Ayat 10
b.
Kadar
yang berarti ukuran terdapat pada Surat Ar-Ra’d Ayat 17
c.
Kadar
yang berarti ketentuan dan kepastian terdapat pada Surat Al-Mursalat Ayat 23
d.
Kadar
yang berarti kekuasaan dan kemampuan terdapat pada Surat Al-Baqarah Ayat 236
e.
Kadar
yang berarti perwujudan kehendak Allah, terhadap semua makhluk-Nya dalam
bentuk-bentuk dan batasan-batasan tertentu terhadap pada Surat Al-Qamar Ayat 49
- Hubungan Kada dan Kadar
Kada dan Kadar
merupakan satu kesatuan. Kada merupakan ketentuan, kehendak, dan kemauan Allah
swt., sedangkan kadar merupakan perwujudan dari kehendak itu. Kada bersifat
qadim (lebih dulu ada), sedangkan kadar bersifat hudus (baru).
Dalam kehidupan
sehari-hari, kedua istilah tersebut lebih popular dengan sebutan takdir.
Menurut ulama
ahlusunah waljamaah, berdasarkan pelakunya, ada dua macam perbuatan di alam
semesta ini, yaitu sebagai berikut.
a.
Perbuatan
pertama adalah perbuatan yang dilakukan Allah swt terhadap makhluk-Nya. Dalam
hal ini, tidak ada kekuasaan dan pilihan bagi semua makluk, keculai
menerimannya. Contohnya, turunya hujan, tumbuhnya tanaman, kehidupan, kematian,
sehat, dan sakit
b.
Perbuatan
yang kedua adalah perbuatan yang dilakukan oleh semua makluk. Semua makluk
melakukan segala perbuatan berdasarkan kehendak dan keinginan yang diberikan
Allah swt kepada mereka.
Sebagai
orang yang beriman, kita harus mengerti segala kejadian yang menimpa diri kita.
Selain disebabkan oleh perbuatan yang kita kehendaki, kita juga memahami bahwa
ada peristiwa yang terjadi diluar kekuasaan kita. Hal itu adalah semata-mata
kekuasaan Allah swt. Dengan memahaminya, kita akan bias berlapang dada menerima
segala takdir yang dating dari Allah.
Syeh
Muhammad al-Usaimin mengemukakan bahwa takdir itu mempunyai empat tingkatan,
yaitu al-ilmu, al-kitabah, al-masyi’ah dan al-khalqu.
a. Al-‘Ilmu atau pengetahuan adalah mengimani
dan meyakini bahwa Allah swt. Maha Mengetahui segala sesuatu. Dia mengetahui
apa yang ada di langit dan di bumi, secara umum maupun terperinci, baik itu
perbuata-Nya sendiri maupun perbuatan mahluk-Nya. Tidak ada sesuatu pun
yang tersembunyi.
b.
Al-Kitabah atau penulisan adalah mengimani bahwa
Allah swt, telah menuliskan segala ketetapan dalam lauh mahfuz yang ada
disisi-Nya. Lauh mahfuz ialah tempat
pencatatan ketetapan Allah swt. Atas makhluk-Nya yang terpelihara di sisi-Nya.
Allah swtberfirman dalam alquran Surat Al-Hadid Ayat 22 berikut ini.
Artinya:
Tiada suatu
bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan
telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya.
Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.(Q.S. Al-Hadid:22)
c. Al-Masyi’ah adalah kehendak Allah swt,
terhadap segala sesuatu yang terjadi dan tidak terjadi, baik dilangit dan
dibumi. Allah swttelah menetapkan bahwa apa yang diperbuat-Nya adalah
kehendak-Nya serta apa yang diperbuat para haba-Nya adalah dengan kehendak-Nya
juga. Allah swt berfirman dalam Al-Qur’an Surat at-Takwir Ayat 28-29
berikut ini
Artinya:
(yaitu) bagi siapa
di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus. Dan kamu tidak dapat
menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan
semesta alam.(Q.S. At-Takwir:28-29)
d.
Al-Khaqu
atau penciptaan adalah mengimani Allah swt, sebagai pencipta segala sesuatu
serta meyakini bahwa semua yang terjadi dari perbuatan Allah swt, adalah
ciptaan Allah. Contohnya adalah langit, bumi, manusia, hewan dan segala sifat
serta perbuatan yang dilakukan makhluk-Nya.
B.
Bukti-Bukti
Adanya Kada dan Kadar
Bukti adanya kada
dan kadar dapat dilihat pada alam ini, termasuk pada diri manusia. Kapan dan di
mana manusia lahir, manusia tidak dapat memilihnya. Ketika lahir ke dunia,
manusia tidak bias memilih ibu dan bapak, tidak bias memilih bangsa dan tanah
air. Bahkan, manusia juga tidak bias memilih jenis kelamin laki-laki atau
perempuan atau memilih bentuk dan rupa tubuhnya sendiri. Semua itu telah
ditakdirkan Allah dan manusia tinggal menerimannya saja.
Bukti lain adalah
ketentuan yang berhubungan dengan soal mati. Datangnya kematian merupakan
misteri bagii semua makhluk. Kematian berada di luar kekuasaan makhluk dan
semua mahkluk tinggal menerima saja. Contohnya, ada orang yang sudah bosan
hidup dan ingin segera mati, tetapi ia malah tidak segera mati. Di lain pihak
ada orang yang masih muda dan segar bugar meninggal karena tertabrak mobil.
Kejadian itu menunjukkan bahwa takdir Allah swt menentukan bahwa orang itu akan
mati karena tertabrak mobil.
Benda-benda di alam
ini, seperti, bumi, bulan, bintang-bintang, dan planet-planet terdapat takdir
yang tidak dapat dilanggarnya. Bumi bergerak mengikuti matahari dalam jangka
tertentu, begitu pula planet-planet dan bintang-bintang lainnya. Semua berjalan
teratur di angkasa raya, sesuai dengan ketentuan umum yang telah ditetapkan
oleh Allah swt. Semua itu disebut dengan sunatllah
Pendek kata,
kenyataan bahwa Allah swt. Menguasai ala mini, tidak terbantah adanya. Segala
segi kehidupan di ala mini membuktikannya sendiri. Oleh karena itu, semua orang
islam wajib mengimaninya.
C. Sunatullah
Menurut bahasa,
kata sunah bersinonim dengan kata tariqah yang berarti jalan yang dilalui atau
sirah jalan hidup. Kemudian, kata tersebut digabung dengan lafal Allah sehingga
menjadi kata majemuk sunatullah. Sunatullah berarti ketentuan-ketentuan atau hukum
Allah swt, yang berlaku atas segenap dan berjalan tetap dan teratur.
Contoh dari
ketentuan tersebut adalah apai yang bersifat panas dan membakar, air yang
sifatnya membasahi dan mencari tempat yang rendah. Dan es yang sifatnya dingin
dan beku. Sifat yang demikian itu akan tetap seperti itu di manapun dan kapan
pun. Ayatollah Murtado Mutahhari berpendapat bahwa yang dikatakan sunatullah
adalah apa yang disebut oleh ilmu pengetahuan dengan hokum alam atau hokum
sebab akibat. Sunatullah terdiri atas dua macam, yaitu sunatullah qauliyyah dan
sunatulllah kauniyyah.
1.
Sunatullah
qauliyyah adalah sunatullah yang berupa wahyu yang tertulis dalam bentuk
lembaran atau dibukukan, yaitu Al-Quran.
2.
Sunatullah
kauniyyah adalah sunatullah yang tidak tertulis dan berupa kejadian atau
fenomena alam. Contohnya, api itu panas dan membakar, matahari terbit di ufuk
timur dan terbenam di ufuk barat, serta pergantian siang dan malam.
Kedua sunatullah tersebut memiliki persamaan, yaitu :
1.
kedua-duanya
berasal dari Allah swt;
2. kedua-duanya
dijamin kemutlakannya;
3.
kedua-duannya
tidak dapat diubah atau diganti dengan hokum lainnya.
Contohnya adalah
hokum yang terdapat dalam Al-Qur’an. Dalam Al-Qur’an dikatakan bahwa barang
siapa yang beriman dan beramal saleh, pasti akan mendapat balasan pahala dari
Allah swt. Hokum tersebut tidak bias diganti dengan hokum lainnya.
Selain memiliki
persamaan, keduannya juga mempunyai perbedaan. Sunatullah yang ada di alam,
dapat diukur. Untuk mengetahui sunatullah di alam, manusia yang dapat melakukan
serangkaian kegiatan pene;litian empiric, seperti observasi, pengukuran,
perbandingan, analisis, dan kesimpulan. Hal itu dapat diketahui dengan
menggunakan rumus-rumus statistic. Misalnya, seorang fotografer yang akan
mencuci film hitam putih. Waktu yang diperlukanuntuk mencucui film itu dapat
ditentukan sesuai dengan temperature yang ada. Demikian pula untuk memanaskan
air samapi mendidih, waktunya dapat diukur sehingga seseorang dapat
memperkirakan waktu tyang diperlukan untuk memasak air.
Lain halnya dengan
sunatullah yang ada dalam Al-Qur’an. Walaupun hal itu pasti terjadi, tetapi
tidak diketahui secara pasti kapan waktunya. Contohnya adalah kematian
seseorang. Semua manusia mengakui bahwa hal itu benar dan pasti adanya. Akan
tetapi, waktu datangnya serta hal ikhwal mengenai kematian itu tidak ada
seorang pun mengetahuinya. Tidak ada seorang pun yang mampu meneliti atau
melakukan observasi menegenai hal itu. Alat penelitiannya hanyalah keimanan
kepada Allah swt. Dengan mempelajari dan memahami Al-Qur’an sebagaimana
firman-Nya dalam Al-Qur’an Surat Al-Ahzab Ayat 62 sebagai berikut ini
Artinya:
Sebagai sunnah
Allah yang berlaku atas orang-orang yang telah terdahulu sebelum (mu), dan kamu
sekali-kali tiada akan mendapati perubahan pada sunnah Allah.(Q.S. Al-Ahzab:62)
D. Iktiar
dan Tawakal
Ikhtiar berarti memilih. Menurut istilah ikhtiar adalah
berusaha secara maksimal dalam mencapai tujuan dan hasil serta bergantung
sepenuhnya kepada kehendak Allah swt.
Menurut Ibnu Sina, ikhtiar berarti kekuatan untuk memilih
(power of choice). Kekuatan memilih tersebut berdasarkan atas daya dan
pengetahuan yang diberikan Allah swt. Melalui usaha dan pemikiran. Dengan demikian, manusia dapat memilih sesuatu
untuk dikerjakan atau tidak dikerjakan.
Islam menghendaki
agar setiap muslim berusaha sekuat tenaga dengan carayang halal untuk mengubah
nasibnya. Di samping itu, setiap muslim juga harus berusaha mencegah terjadinya
suatu bencana atau kegagalan dalam meraih cita-cita. Allah swt, berfirman dalam
Al-Qur’an Surat An-najm Ayat 39 – 42 berikut ini.
Artinya :
dan bahwasanya
seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Dan
bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). Kemudian akan
diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna, dan bahwasanya
kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu),
Terjadinya atau
tidak terjadinya sesuatu disebabkan oleh dua hal, yairu gazirah dan ikhtiar.
1.
Gazirah
adalah insting atau bakat pembawaan lahir. Contohnya, perasaan lapar
menyebabkan kita makan dan perasan mengantuk menyebabkan kita tidur. Gazirah
tidak memberikan kesempatan kepada kita untuk memilih, selain memenuhinya.
2.
ikhtiar
adalah usaha secara maksimal sesuai dengan potensi dan kemampuan yang diberikan
Allah swt, contohnya, ketentuan dan keuletan belajar menyebabkan orang memiliki
banyak ilmu. Orang yang bekerja keras akan menjadi kaya. Akan tetapi, mutu ilmu
pengetahuan dan jumlah kekayaan yang diperoleh itu tergantung pula kepada
kekuatan ikhtiar yang diberikan Allah
swt.
Tegasnya, yang
memberikan kekuatan memilih adalah Allah swt, sedangkan yang memilih adalah
manusia. Yang memberikan kecerdasan itu adalah Allah swt, sedangkan yang
memiliki kemampuan untuk menggunakan kecerdasan tersebut manusia. Apabila usaha
tersebut hasilnya baik, hal itu tentu saja karena proses usaha yang
dilaksanakan juga baik. Demikian pula sebaliknya, apabila usaha tersebut gagal,
hal itu tentu saja disebabkan proses usaha yang kurang baik pula. Hal it
difrimankan Allah swt. Dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 286 berikut ini.
Artinya:
… ia mendapat
pahala (dari kebajikan) yang diusahakan dan ia mendapat siksa (dari kejahatan)
yang dikerjakannya ….(Q.S. Al-Baqarah:286)
Berikut ini adalah
sebuah kisah mengenai hal itu.
Pada suatu ketyika,
khalifah Umar bin Khatab dan para sahabatnya berada dalam perjalanan menuju
suatu daerah untuk melakukan inspeksi. Ditengah perjalanan, beliau mendapat
laporan dari seorang kurir bahwa daerah yang akan dikunjungi tersebut sedang
terjangkit penyakit taun atau sampar, yaitu penyakit menular yang sangat
berbahaya. Setelah Khalifah Umar bin Khatab mendapat laporan tersebut, beliau
memerintahkan rombongannya untuk kembali ke Madinah. Sahabat Abu ubaidah bin
Jarrah merasa heran dengan keputusan Khalifah Umar bin Khattab tersebut. Ia
berranggapan bahwa Khalifah Umar bin Khattab tidak melanjutkan perjalanan itu
karena takut terjangkit penyakit. Padahal, ia berpendapat bahwa apabila Allah
swt.tidak menakdirkan mereka untuk terkena penyakit itu, “Wahai Khalifah!
Mengapa tuan lari dari takdir Allah?”Khalifah Umar bin Khattab menjawab,
“Betul! Kita lari dari takdir Alllah untuk pergi menuju takdir Allah pula.”
Maksud jawaban
Khalifah Umar bin Khattab tersebut adalah bahwa beliau lari dari takdir
terserang penyakit berbahaya itu dan pergi kea rah takdir untuk tetap sehat
walafiat. Itulah pengertian ikhtiar yang sebenarnya.
Allah swt,
menegaskan lagi pengertian ikhtiar tersebut dalam Al-Qur’an Surat Ar-Ra’d Ayat
11 berikut ini.
Artinya : …...
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki
keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan
sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
Tawakal adalah
berserah diri kepada kada dan kadar Allah swt. Setelah berusaha semaksimal
mungkin. Allah swt. Menjelaskan hal itu dalam Al-Quran Surat Ali-Imran Ayat 159
berikut ini.
Artinya:
Maka disebabkan
rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu
bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. Karena itu ma`afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.
Contoh dari sikap
tawakal yang benar adalah sebagai berikut. Seorang pemilik rumah ketika
bepergian harus menutup dan menunci rumah agar tidak dimasuki pencuri. Setelah
itu, ia kemudian bertawakal kepada Allah swt, dengan berdoa agar rumah tetap
aman selama ditinggal pergi. Apabila rumah tersebut tetap dimasuki pencuri yang
merusak pintunya, barulah hal itu bias disebut takdir Allah. Allah swt, tetap
kuasa melakukan kehendak-Nya agar rumah tersebut dicuri walau pemilik rumah
sudah menguncinya. Lain halnya, apabila pemilik rumah meninggalkan rumahnya
tanpa menguncinya dengan mengatakan bahwa ia bertawakal kepada Allah swt. Ia
mengatakan bahwa jika Allah swt, menghendaki rumahnya tidak dicuri orang,
tentunya tidak akan kecurian walaupun ia tidak menguncinya. Dalam logika, tentu
saja rumah yang tidak dikunci akan mudah dimasuki pencuri.
Tawakal tentu saja
bukan seperti pemahaman pemilik rumah yang tidak mengunci rumahnya tersebut.
Sebaliknya, pemahaman seperti itu termasuk paham fatalisme, yaitu paham yang
mengajarkan sikap pasrah kepada nasib tanpa ada usaha atau ikhtiar sedikitpun.
Paham seperti itu dilarang keras oleh Islam karena akan menghambat kemajuan
umat Islam. Cerita ini bias menambah pemahaman mengenai hal itu.
Pada suatu hari,
Rosulullah saw. Didatangi salah seorang sahabatnya yang mengendarai seekor
unta. Rosulullah saw, bertanya kepadanya, “Apakah kamu dating ke sini dengan
mengendarai unta?” Betul wahai Rosulullah,”Jawabanya. Rasululah saw bertanya
lagi, “Apakah untamu sudah kamu tambatkan?”ia menjawab, “Belum, wahai
Rosulullah! Aku sudah bertawakal kepada Allah swt.” Rosulullah saw. Bersabda
lagi, “seharusnya, kamu tambatkan dulu untamu kemudian barulah kamu bertawakal
kepada Allah swt,”
Menurut Muhammad
bin Abdul Wahab, tawakal adalah pekerjaan hati manusia dan puncaknya tertinggi
keimanan. Sifat ini akan dating dengan
sendirinya jika iman seseorang sudah matang.
Menurut HAMKA,
seseorang belum disebut beriman apabila belum mencapai puncak tawakal. Tawakal
menjadi dasar keimanan semua amal. Hubungan tawakal dengan keimanan, seperti hubungan
badan dengan kepala. Kepala tidak dapat berdiri tanpa adanya tawakal. Allah
swt. Menjelaskan hal itu dalam Al-Qur’an Surat yunus Ayat 84 berikut ini.
Artinya
Berkata Musa:
"Hai kaumku, jika kamu beriman kepada Allah, maka bertawakkallah
kepada-Nya saja, jika kamu benar-benar orang yang berserah diri."
Menurut al-Gazali,
orang orang yang bertawakal terbagi menjadi empat bagian berikut ini.
1.
Orang
yang berusaha memperoleh sesuatu yang dapat membawa manfaat kepadanya.
2.
orang
yang berusaha memelihara sesuatu yang dimilikinya supaya menimbulkan hal-hal
yang bermanfaat.
3.
Orang
yang berusaha menolak dan menghindarkan diri dari hal-hal yang akan menimbulkan
mudarat atau bencana.
4.
Orang
yang berusaha menghilangkan mudarat yang menimpa dirinya.
Selanjutnya, Al Gazali
menjelaskan bahwa dalam penerapannya tawakal terdiri atas tiga tingkatan, yaitu
tawakal, taslim, dan tafwid.
1.
Tawakal
adalah keadaan hati yang senantiasa tenang dan tenteram terhadap apa yang
dijanjikan Allah swt.
2.
Taslim
adalah menyerahkan urusan kepada Allah swt, karena Dia mengetahui segala
sesuatu mengenai diri dan keadaannya.
3. Tafwid adalah rida atau rela menerima
segala ketentuan Allah swt. Bagaimanapun bentuk dan keadaanya.’
Pengertian tawakal
yang diungkapkan al gazali tersebut juga terungkap dalam firman Allah swt,
berikut ini.
Artinya :
Orang yang
bertawakal sesuai dengan perintah Allah swt. Pasti akan memperoleh keutamaan.
Hal itu dijelaskan Allah swt. Dalam Al-Qur’an Surat At-Talaq Ayat 3 berikut
ini.
Artinya:
Dan memberinya
rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal
kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah
melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan
ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.
Berdasarkan ayat di
atas, Allah swt, akan mencukupkan segala keperluan orang-orang yang bertawakal.
Hal ini dapat dijabarkan bahwa orang-orang yang bertawakal akan
1.
mendapatkan
limpahan sifat aziz atau kehormatan dan kemuliaan;
2. memiliki
keberanian dalam menghadapi musibah atau maut;
3.
menghilangkan
keluh kesah dan gelisah, serta mendapatkan ketenangan, ketentraman, dan
kegembiraan;
4.
mampu
mensyukuri karunia Allah swt, serta memiliki kesabaran apabila belum
memperolehnya;
5.
memiliki
kepercayaan diri dan keberanian dalam menghadapi semua persoalan;
6.
mendapatkan
pertolongan, perlindungan, serta rezeki yang cukup Dari Allah swt;
7.
mendapatkan
kepercayaan dari orang banyak karena budi pekertinya yang terpuji dan hidupnya
yang bermanfaat bagi orang lain.
Dengan demikian,
dapat dipahami bahwa ikhtiar dan tawakal mempunyai hubungan yang erat sekali.
Dalam melaksanakan segala sesuatu, seseorang harus memiliki kerja yang tinggi,
tetapi harus menyadari segala keterbatasan pada dirinya. Hal ini akan membuat
manusia tidak kehilangan arah dan menjaga semangat kerjanya. Hal itu juga akan
membuat manusia tidak mudah putus asa apabila mendapat kegagalan serta tidak
mudah lupa diri apabila mendapat keberhasilan. Kewajiban manusia adalah
berusaha, sedangkan keberhasilan dan kegagalan adalah ketentuan Allah swt.
Untuk dapat memiliki dikap yang seperti itu. Rasulullah saw, telah mengajarkan
doa sebagai berikut;
Artinya:
Dengan menyebut
nama Allah, hanya kepada-Nya aku bertawakal dan tidak ada daya dan kekuatan
kecuali daya dan kekuasaan Allah (H.R. Abu Dawud dan Tirmizi)
E. Fungsi
Iman kepada takdir
Untuk meningkatkan
keimanan, seseorang perlu memahami fungsi iman kepada takdir. Fungsi
iman kepada takdir adalah sebagai berikut.
- Iman kepada takdir akan membuat seseorang makin mantap dalam meyakini bahwa Allah swt. Adalah Tuhan Yang Maha Esa, Mahakuasa, maha Berkehendak, Maha Mengetahui, mahaadil, dan Maha Bijaksana.
- Iman kepada takdir akan menumbuhkan kesadaran kepada umat manusia bahwa segala sesuatu yang ada di alam semesta ini berjalan sesuai dengan kebijaksanaan dan ketentuan Allah swt.
- Iman kepada takdir akan mendorong manusia untuk melakukan penelitian-penelitian terhadap benda-benda alam dan hokum-hukum Allah swt, yang kemudian dirumuskan dalam berbagai teori ilmu pengetahuan.
- Iman kepada takdir akan menumbuhkan sikap terpuji, diantaranya, adalah sabar, bersyukur, ar-raja’, kanaah. Optimis, dinamis, inovatif, dan kreatif.
- iman kepada takdir akan menghilangkan sikap tercela, seperti sombong, kufur nikmat, iri hati, dengki, pesimis, dan statis.
Ikhtisar
- Iman kepada kada dan kadar adalah meyakini dengan sepenuh hati bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam ini dikuasai oleh suatu hokum yang pasti dan tetap yang tidak tunduk kepada kemauan manusia
- Kada merupakan ketentuan, kehendak, dan kemauan Allah swt., sedangkan kadar merupakan perwujudan dari kehendak itu.
- Sunatullah berarti ketentuan-ketentuan atau hokum Allah swt, yang berlaku atas segenap dan berjalan tetap dan teratur. Sunatullah terdiri ada dua macam, yaitu sunatullah qauliyyah dan sunatulllah kauniyyah, sunatullah qauliyyah berupa wahyu sedangkan sunatulllah kauniyyah berupa kejadian atau fenomena alam.
- Menurut istilah ikhtiar adalah berusaha secara maksimal dalam mencapai tujuan dan hasil serta bergantung sepenuhnya kepada kehendak Allah swt.setelah berikhtiar semaksimal mungkin. Kedua hal tersebut wajib dilakukan dan dimilki oleh umat yang beriman.
- Iman kepada kada dan kadar banyak membawa hikmah. Hikmah it, di ataranya, adalah membuat iman semakin mantap, menumbuhkan kesadaran kepada umat manusia bahwa segala sesuatu yang ada di alam semesta ini berjalan sesuai dengan kebijaksanaan dan ketentuan Allah swt, menumbuhkan sikap terpuji, diantaranya, adalah sabar, bersyukur, ar-raja’, kanaah. Optimis, dinamis, menghilangkan sikap tercela, seperti sombong, kufur nikmat, iri hati, dengki, pesimis, dan statis.
Integrasi Budi
Pekerti
Pada suatu malam,
selepas menunaikan salat Isya, Rosulullah saw, mengunjungi rumah menantunya,
Ali bin Abi Talib. Saat itu, dilihatnya menantunya sudah hendak tidur,
sedangkan waktu masih belum begitru malam benar. Rasulullah saw berkata,”
alangkah baiknya kalau sebagian malamu dipergunakan untuk melakukan salat
sunah.”Ali bin Abi Talib menjawab, “YaRosul! Diri kita ini sudah berada dalam
genggaman Allah swt., jika Allah swt menghendakinya tentu dilimpahkannya rahmat
kepada kita, dan jika Allah menghendaki, tentu ditatriknya kembali rahmat itu,”
Mendengar jawaban
itu, Rosulullah saw tampak kecewa dan keluar menantunya tersebut sambil
memukul-mukul pahanya seraya berkata,”Sungguh manusia itu banyak sekali
membantahnya.”
Latihan
A.
Berilah
tanda silang (x) pada huruf a, b, c, d, atau e di depan jawaban yang paling
benar!
- Berikut ini adalah arti kada secara harfiah menurut Al-Qur’an, kecuali ….
a. Hokum
b. Perintah
c. Mewujudkan
d. Ukuran
e. Kehendak
- Perwujudan kehendak Allah swt, terhadap semua mahluk-Nya dalam bentuk-bentuk dan ukuran tertentu disebut ….
a. kada
b. al-masyi’ah
c. kadar
d. kudrah
e. al-kitabah
- Fenomena alam, seperti api itu sifatnya panas dan membkar, matahari terbit di ufuk timur dan terbenam di ufuk barat, serta adanya pergantian siang malam merupakan contoh dari ….
a. sunatullah
b. sunatullah
qauliyah
c. sunatullah
kauniyyah
d. sunatullah
alamiah
e. lauh
mahfuz
- potongan ayat tersebut menjelaskan hubungan antara ….
a. Ikhtiar
dan doa
b. Kada
dan kadar
c. Tawakal
dan doa
d. Ikhtiar
dan tawakal
e. Kada,
kadar, dan tawakal
- berikut ini adalah beberapa fungsi dari beriman kepada kada dan kadar, keculai ….
a. Membuat
iman seseorang menjadi mantap
b.
Membuat
seseorang menyalahgunakan takdir sebagai alas an untuk melakukan kemaksiatan
c.
Menumbuhkan
kesadaran bahwa seegala sesuatu yang ada di ala mini ada yang mengatur
d.
Menumbuhkan
sikap terpuji serta mengghilangkan sikap dan prilaku tercela
e.
Mendorong
manusia giat mengadakan penelitian-penelitian terhadap benda-benda alam dan
hokum-hukum Allah swt yang berlaku pada alam
- Contoh sunatullah qauliyyah adalah ….
a. Matahari
yang terbit dari timur
b. Apai
yang panas dan membakar
c. Siang
dan malam
d. Al-Quran
e. Es
yang membeku
- Menurut Al-Qur’an Surat Ali Imran Ayat 47, arti kada adalah ….
a. Hokum
b. Mewujudkan
c. Perintah
d. Kepastian
e. Kehendak
- Mengimani bahwa Allah swt, telah menuliskan ketetapan dalam lauh mahfuz adalah takdir dalam tingkatan ….
a. Al-kitabah
b. Al-ilmu
c. Al-masyiah
d. Alkhalqu
e. Al-‘alim
- Menurut Ibnu Sina, arti ikhtiar adalah ….
a. Kekuatan
untuk berusaha
b. Kekuatan
untuk memilih
c. Kekuatan
untuk menerima
d. Kekuatan
untuk menguasai
e. Kekuatan
untuk memutuskan
- Berserah di4ri kepada Allah swt, adalah pengertian dari ….
a. Keimanan
b. Rida
c. Tawakal
d. Usaha
e. Ikhtiar
B.
Jawablah
pertanyaan berikut secara singkat dan tepat
- Jelaskan hubungan kada dan kadar!
- kemukakan beberapa bukti bahwa kada dan kadar itu betul-betul ada!
- Apa yang dimasud dengan sunatullah?
- Jelaskan keutamaan tawakal kepada Allah swt?
- Sikap apa yang seharusnya kita miliki sebagai orang yang beriman kepada kada dan kadar apabila menemui kegagalan dalam berusaha ?
Lembar
Portofolio
1.
Carilah
beberapa dalil naqli tentang kada dan kadar dengan menggunakan format berikut
ini
No
|
Nama Surat
|
Ayat
|
Bunyi Ayat
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
2.
Bandingkan
persamaan dan perbedaan sunatullah qauliyyah dengan sunatullah kauniyyah dengan
menggunakan format sebagai berikut.
Persamaanya
|
Perbedaanya
|
|
Sunatullah
qauliyyah
|
Sunatullah
kauniyyah
|
|
3.
Diskusikan
cirri-ciri orang yang bertawakal!
4.
dewasa
ini, bangsa Indonesia sedang ditimpa krisis dalam berbagai bidang kehidupan
sehubungan dengan konsep ikhtiar dan tawakal, apa yang sebaiknya dilakukan oleh
umat Islam?
5.
Carilah
peristiwa yang kamu alami oleh teman-temanmu yang merupakan contoh dari
sunatullah!
HIKMAH
Apabila kamu merasa bahagia dengan
kebaikan-kebaikanmu dan merasa susuah dengan keburukan-keburukanmu, berarti
kamu seorang mukmin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar